Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Kaget Dengan Lion Air, Kagetlah dengan Kementerian Perhubungan Kita

22 Mei 2016   09:27 Diperbarui: 23 Desember 2016   19:59 49206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.news.okezone.com

Jangan kaget dengan Lion Air. Itulah judul postingan penulis kali ini, tujuannya jelas yaitu menyadarkan orang orang pribumi berkantong pas-pasan seperti penulis untuk sekedar nrimo atas dasar perbedaan kelas. Perbedaan kelas yang diperjelas oleh Karl Marx dengan bahasa yang begitu menggoda, yang akhirnya jadi bahan bredel.

Perbedaan kelas itu bernama Low Cost Carrier (LCC) Airflight, atau penerbangan kelas pas-pasan. Sudah jangan didebat kenapa bahasanya kok terkesan tendensius, lha memang itu faktanya. Lion Air sudah mendedikasikan diri sebagai maskapai khusus wong cilik yang kaffah, militan dan istiqomah.

Gak percaya? Coba cek penerbangan jurusan Jakarta/Surabaya ke Balikpapan atau seputaran daerah Sumatera atau Sulawesi, maka akan Anda temukan mas-mas berponi dengan bau matahari jongkok bersama-sama menunggu jam penerbangan.

Mas-mas tadi seyogyanya adalah para buruh yang akan berangkat mencari nafkah dalam proyek-proyek konstruksi, tambang ataupun pembangkit listrik. Perusahaan mereka yang notabenenya adalah perusahaan kecil penyuplai tenaga kerja atau kontraktor biasa yang dengan hati riang gembira selalu absolut memberikan tiket Lion Air, dan para mas-mas tadi pun menerima dengan patuh sambil bergumam: inilah kelas-ku.

Pun demikian dengan kita-kita yang tergolong kelas menengah 'ngehek', tidak mau ketinggalan, meskipun jatahnya Garuda namun kok rasanya tidak nasionalis jika tidak ikut dalam hegemoni kelas tadi. Lion Air laris bak tiket premiere AADC 2, tiket selalu tandas, rute penerbangan di tambah selaras dengan kebutuhan jumlah pesawat.

Rusdi Kirana pun cari akal, duit dari mana? Jangan polos-polos, Kang, dengan konsep 'We Make People Fly', Lion Air punya konsep menjangkau seluruh individu di Indonesia, apalagi budaya menabung ala orde baru telah mengikat sendi-sendi masyarakatnya.

Konsep ideal: "Kalau ada yang murah, kenapa harus bayar lebih?" Berbekal proposal konsep itu, 500 kali penerbangan sehari pun bisa terealisasi, 500 ribu penumpang per hari bukan lagi impian. Konsep yang jenius kan?

Siapa investor yang tidak tergiur? Rumor Temasek jangan langsung ditolak, itu bisa ada benarnya. Seorang Rusdi Kirana bisa disambut bak raja Alexander Agung ketika masuk ke Perancis untuk tanda tangan pembelian 234 pesawat Airbus.

Tidak tanggung, seorang Francois Hollande menyambutnya di Champ Elysse dengan antusias bagai messiah. Ya Rusdi memang datang sebagai messiah di tengah kalutnya ekonomi Perancis.

Jangan dilupakan bagaimana ekspresi Obama ketika Rusdi menandatangani pembelian Boeing. Sebuah fenomena muncul, sepak terjang Lion Air bagai tidak tersentuh, kasus demi kasus dari mulai delay, seks hingga pesawat tergelincir, seperti sebuah pemasrahan diri total terhadap satu jenis maskapai. Lion Air bagai dewa di negeri kita.

Jadi jangan kaget jika di hari kemudian terjadi kesalahan prosedural yang berakibat penerbangan internasional bisa "salah kamar" masuk ke area domestik, tanpa melalui imigrasi. Jangan kaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun