"Yang ditembakkan itu semua peluru karet, tidak ada peluru tajam. Organ-organ vital dia tidak kena tembakan, tidak ada peluru yang menembus badannya," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (6/5/2016).
Hery menjelaskan, saat itu hanya satu pistol yang berisi peluru tajam, yakni pistol yang dipegang komandan regu. Sedangkan pistol lain yang dipegang petugas kepolisian saat melumpuhkan Amokrane adalah peluru karet.
"Jadi tidak benar Amokrane ditembak mati. Setelah ditembak dia masih sempat berdiri dan banyak masyarakat itu di sana. Kita kan takut ada masyarakat jadi korban, jadi ditembak tapi pakai peluru karet," tegasnya.
Berdasarkan hasil uji forensik, ditemukan luka sayatan di leher jenazah turis yang dahulu dikenal suka berbuat onar itu. Kemungkinan besar luka sayatan di leher itu bersumber dari pertarungan antara Amokrane dengan Anggota Polsek Kuta Utara Brigadir Anak Agung Putu Sugiarta. Bule yang sudah habis masa tinggalnya di Indonesia itu memang sempat terlibat pertarungan sengit dengan petugas kepolisian, kala itu Amokrane menggenggam sebilah sangkur.
Dalam pertarungan sengit itu, mantan petarung tinju bebas itu menusuk Brigadir Putu hingga tewas. Ternyata, petugas kepolisian dari Polsek Kuta Utara itu masih sempat melakukan perlawanan dengan menusukkan sangkur ke leher Amrokane.
Sementara itu, hingga saat ini jenazah Amokrane masih berada di RS Denpasar. Polda Bali sudah mengontak Konsul kehormatan Prancis, namun hingga hari ini belum ada perwakilan Konsul yang menanyakan jenazah Amokrane yang ternyata memiliki dua kenegaraan, yakni Prancis dan Aljazair.
"Posisi jenazahnya di RS, dari Konsul kehormatan belum ada yang datang. Dia punya 2 paspor, Aljazair dan Prancis," ungkap Hery.
(Hbb/Hbb)