Milisi Abu Sayyaf
VIDEO - Pertempuran Sengit di Sulu, 21 Tentara Abu Sayyaf Tewas
Terbukti dalam pertempuran sengit yang terus gencar dilakukan sejauh ini telah menewaskan 21 militan Abu Sayyaf di Sulu.
TRIBUNKALTIM.CO, ZAMBOANGA - Pasukan tentara Filipina telah mengindahkan perintah yang dilontarkan Presiden Rodrigo Duterte untuk menumpaskan Kelompok Abu Sayyaf.
Terbukti dalam pertempuran sengit yang terus gencar dilakukan sejauh ini telah menewaskan 21 militan Abu Sayyaf di Sulu.
Pihak berwenang mengungkapkan, pertempuran yang masih berlangsung pada Senin (29/8/2016) menyebabkan setidaknya 16 mayat anggota Abu Sayyaf ditemukan di Patikul dan Talipao di kawasan Sulu menyusul bentrokan yang dimulai sejak Jumat pekan lalu.
Baca: Serangan Militer Kian Gencar, Jumlah Korban Tewas Kubu Abu Sayyaf Terus Bertambah
Letnan Jenderal Mayoralgo dela Cruz, Kepala Komando Mindanao Barat (Westmincom) mengatakan, jumlah tewas dari kubu Abu Sayyaf meningkat menjadi 21 korban.
Korban tewas termasuk tiga dugaan sub-komandan Abu Sayyaf yaitu Muhammad Said alias Ama Maas, Latip Sapii dan Sairulla Asbang.
Sementara itu kelompok gabungan The Joint Task Group Sulu menyatakan, mereka menemukan tiga mayat militan Abu Sayyaf di sebuah kuburan dangkal di sebuah desa terpencil di Talipao.
Penduduk setempat mengonfimasi bahwa mayat tersebut merupakan militan Abu Sayyaf, dilansir dari laman abs-cbn, Selasa (30/8/2016).
Sedangkan dari pihak tentara Filipina tercatat terdapat 17 orang tentara yang terluka dalam pertempuran.
Baca: Akui Beberapa Anggotanya Tewas, Namun Abu Sayyaf Bantah Salah Satu Pemimpinnya Ikut Jadi Korban
Pasukan tambahan juga akan dikerahkan yang ditempatkan di Basilan dan Sulu dalam beberapa hari mendatang untuk mempertahankan serangan intensif terhadap Kelompok Abu Sayyaf.
Penumpasan ini dilakukan atas perintah dari Presiden dan juga untuk menghentikan serangkaian penculikan yang kerap terjadi di Filipina selatan.
Hingga saat ini setidaknya 10 warga negara asing masih disandera Abu Sayyaf. Termasuk para ABK warga negara Indonesia, warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstad, dan warga negara Belanda Ewold Horn. (*)