Misteri Padang Seri Bulen, dari Kematian Manti hingga Hutan Berzikir

oleh

Oleh : Darmawan Masri

Fauzan Azima
Fauzan Azima

ADA pertanyaan, kenapa langka terlihat ada hewan mati dan bangkainya tergeletak di suatu tempat di hutan?. Terkecuali hewan-hewan itu dibunuh dan diburu oleh manusia. Konon kematian hewan-hewan di Gayo-Aceh diduga berkumpul disuatu tempat.

Adalah Padang Seri Bulen yang konon menjadi tempat kematian hewan-hewan yang hidup disekitarnya. Kisah Padang Seri Bulen berkembang di tengah masyarakat Gayo, hanya generasi masa kini saja yang jarang mendengarnya. Padang Seri Bulen juga disinyalir sebagai tempat perkuburan para Manti. Karena belum pernah ada kerangka Manti yang ditemukan di tengah hutan, terkecuali Manti-Manti itu ditangkap atau terperangkap di ranjau yang dibuat manusia.

Dimanakah keberadaan Padang Seri Bulen?. LintasGayo.co mencoba menelusurinya. Banyak kalangan menyatakan Padang Seri Bulen terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Namun berbeda seperti yang dikatakan mantan Panglima GAM Wilayah Linge, Fauzan Azima, yang sudah lalang melintang hampir diseluruh hutan wilayah Gayo saat memimpin pasukannya bergerilya ketika Aceh tengah dilanda konflik beberapa tahun silam.

Menurut Fauzan Azima, keberadaan Padang Seri Bulen bukan di TNGL melainkan di kawasan ekosistem gunung Leuser lainnya. Beberapa waktu lalu, dia mengatakan Padang Seri Bulen terletak antara Gunung Goh Pase membentang ke arah Lokop Serbejadi-Bur Sembuang-Jamat hingga ke Samar Kilang.

Bukan tanpa dasar, klaim ini ditandai dengan beberapa faktor alam yang dilihatnya dengan nyata saat bergerilya. Apa fakta yang terlihat, Fauzan pun menjelaskam satu persatu.

Hidup Empat Binatang Besar
Kawasan Gunung Goh Pase membentang hingga ke Samar Kilang menurut Fauzan adalah tempat kehidupan empat binatang besar. Dua diantaranya adalah binatang Langka. “Di wilayah ini hidup binatang diantaranya Harimau, Gajah, Orang Utan dan Badak,” kata Fauzan Azima.

Selama bergerilya di kawasan tersebut, Fauzan Azima mengaku pernah berjumpa dengan tiga ekor Badak berukuran besar. “Jarak saya dengan mereka (Badak) hanya sekitar 30 meter saja. Waktu itu saya tak melakukan tindakan apa-apa hanya menghindar dan menjauh, begitu juga dengan kawanan Badak itu mereka juga menjauh,” kenang Fauzan.

Selain Badak dirinya juga pernah bertemu dengan Orang Utan, Harimau dan Gajah. “Kalau harimah dan gajah itu sering, bekas mereka juga banyak ditemui di kawasan itu,” terangnya.

Tempat Kehidupan Manti
Selain kawasan ini menjadi tempat kehidupan empat hewan besar, Fauzan juga mengatakan kawasam ini merupakan rumahnya para Manti. Manti merupakan sosok misterius yang diduga kuat hidup dipedalaman hutan Gayo, bertubuh kecil dan dibadannya tumbuh bulu-bulu halus dan jarang.

Banyak orang di Gayo yang mengaku pernah bertemu dengan sosok misterius ini. Dikatakan Fauzan, selama bertahun-tahun berada ditengah hutan di kawasan ini, dirinya pernah melihat bekas-bekas Manti.

Bahkan dirinya pernah merasakan di hutan itu seperti di tengah kota, tidak sepi tetapi ramai. Bahkan di wilayah Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah, dirinya pernah diceritakan oleh rekannya seorang pawang Badak bernama Mahreje bahwa Manti pernah tertangkap tumuk (perangkap) Badak yang dipasangnya.

Hutan Datar
Di kawasan ini kata Fauzan lagi terdapat banyak hutan datar. Hutan datar adalah penyumbang emisi karbon terbesar. Hutan datar di kawasan ini membentang dari Lokop Serbejadi hingga ke daerah Jamat.

Dikatakan lagi, hutan datar merupakan tempat kehidupan para Manti. Dan diduga di kawasan ini hidup ribuan Manti dengan sumber makanan ikan mentah dan dedaunan kayu yang banyak tersedia di daerah ini. Manti memilih membuat rumah di gua-gua yang juga banyak terdapat di daerah ini.

Hidup Empat Kayu Langka
Selain beberapa hal yang telah disebutkan diatas tadi, Fauzan menambahkan bahwa kawasan tersebut juga tempat kehidupan empat kayu langka. Empat kayu tersebut adalah Medang Ara, Grupel, Manil dan Bungur.

“Kayu-kayu itu memiliki pohon yang besar dan jenisnya saat ini langka. Banyak cerita yang berkembang, keempat jenis kayu tersebut adalah bahan dasar pembuatan kapal Nabi Nuh saat dilanda banjir besar dimasanya, konon kayu-kayu yang dipergunakan untuk membuat bahtera Nabi Nuh diimpor dari bumi Gayo. Namun ini masih harus diteliti lebih lanjut, argumen saya cukup lemah untuk itu, harus ahlinya yang meneliti,” tegas Fauzan Azima.

Hutan Berzikir
Saat memimpin pasukannya bergerilya, Fauzan Azima pernah disuguhi kejadian-kejadian misterius. Selain merasa ditemani oleh Manti-Manti yang jumlahnya mencapai seribuan, dirinya juga pernah mendengar peristiwa misterius lainnya.

Dia mengatakan ketika berada dikawasan yang telah disebutkan tadi, dirinya pernah mendengar pohon-pohon di hutan kawasan ini mengeluarkan suara seperti berzikir.

“Awalnya saya tidak menghiraukan suara-suara itu. Ada satu pasukan saya yang sering mendengarnya. Hingga akhirnya suatu saat saya diberitahu olehnya tentang suara tersebut, kami pun terdiam, dan saya mendengar pohon-pohon mengeluarkan suara mendengung seperti suara lebah, suaranya terkadang seperti lafadz zikir,” kenang Fauzan Azima.

Setelah terbiasa dengan suara-suara tersebut, Fauzan Azima mengatakan bahwa suara itu tidak datang setiap waktu melainkan di waktu tertentu saja. “Suara-suara itu terdengar kira-kira saat azan Magrib dan berhenti setelah rakaat pertama shalat Magrib, kejadian itu terus-menerus kami dengar, pohon-pohon berzikir mengangungkan asma Allah, subhanaulah,” puji Fauzan.

Tak Diketahui TNI Padahal Berdekatan
Ada kejadian aneh yang tak terduga oleh Fauzan Azima dan pasukannya saat bergerilya di kawasa ini. Suatu saat pasukannya berada di Arul Landung (Pasir Putih) tak jauh dari kemukiman Samar Kilang.

Dia menceritakan, saat itu dia dan pasukannya berada di sisi kanan arul tersebut. Diwaktu yang bersamaan ada sekitar 30 TNI yang juga berada di sisi kirinya.

“Alhamdulillah, selama tiga hari kami tidak diketahui oleh TNI. Jarak kami dengan mereka hanya 20 meter, arul itu saja yang memisahkan. Misterinya lagi, kami mengambil air ke arul tersebut, dan mereka pun demikian, tapi tak pernah berjumpa, padahal jika kami mengeluarkan suara pasti TNI mendengarnya begitu juga sebaliknya. Waktu itu kami sama-sama tidak tahu,” kenang Fauzan.

Dia dan pasukannya baru mengetahui 30 personel TNI itu sesudah tiga hari berikutnya. Fauzan kaget, ternyata jaraknya cukup dekat, dan dengan segera Fauzan Azima memimpin pasukannya menjauh dari TNI tersebut.

Jika mereka tahu kami berdekatan dengan mereka saat itu, mungkin kami semua sudah dihujani peluru dari TNI, namun Allah berkata lain, mereka tak melihat dan mendengar suara kami, seperti ada suatu keajaiban terjadi saat itu, Allah menolong kami dari suara-suara ngengum oleh para Manti, mereka juga saya duga menutupi jejak kami sehingga TNI tak dapat mengetahui yang hanya berjaral 20 meter dari mereka dan itu berlangsung tiga hari, kenang Fauzan.

Hunian Orang-orang Shaleh (Bunian)
Fauzan juga menduga kawasan tersebut juga dihuni oleh orang-orang Shaleh, urang Gayo sering menamakan mereka dengan orang Bunian. Menurut Fauzan, orang-orang Shaleh tersebut tidak dapat terlihat secara kasat mata, hanya orang yang tulus dan bertuah saja yang dapat bertemu dengan orang-orang Shaleh ini.

“Saya mensinyalir kawasan ini juga dihuni oleh orang-orang shaleh, tanda-tandanya banyak terlihat oleh kami saat itu, hanya saja saya belum pernah bertemu dengan mereka, mungkin saya belum bertuah,” kata Fauzan Azima.

Melihat banyaknya misteri yang tersimpan di kawasan hutan Gunung Goh Pase-Lokop Serbejadi-Bur Sembuang-Jamat hingga ke Samar Kilang, dan beberapa pengalamannya selama bertahun-tahun hidup dipedalaman hutan ini, Fauzan Azima mensinyalir bahwa keberadaan Padang Seri Bulen terletak di daerah ini. Hanya saja dia mengaku belum bertuah untuk melihat langsung tempat-tempat ini.

“Katanya Aceh tanoh keramat, dan itu betul. Saya kira tanoh keramatnya ada dikawasan hutan Gayo, karena banyak misteri yang belum terungkap di kawasan ini, salah satunya dugaan saya adalah Padang Seri Bulen,” kata Fauzan.

Damai pun tiba, Fauzan Azima bersama pasukannya kembali ke tengah-tengah masyarakat hingga dia diagkat menjadi Kepala Badan Pengawasan Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL).

Selama menjabat sebagai orang nomor satu di BPKEl, Fauzan sangat merespon cepat saat ada pihak yang mencoba memainkan aturan untuk merambah kawasan ini. “Saya banyak tau tentang kawasan ini, makanya waktu di BPKEL saya sering menolak saat lawasan ini hendak di rambah,” ujarnya.

Menurut Fauzan selain kawasan ini memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan hingga sosok misterius Manti yang juga perlu di konservasi tempat kehidupannya, kawasan ini juga memiliki kenekaragaman hayati  yang kaya.

“Tempat ini harus dibuat sebagai kawasan konservasi sejumlah hewan langka, kayu langka dan tempat hunian para Manti, juga misteri Padang Seri Bulen. Harus dibuat hukum tetap terhadap kawasan ini, hukum yang ada saat ini terlalu lemah, sehingga mengancam potensi yang ada dan sejumlah misteri didalamnya dipastikan tidak akan pernah terungkap,” harap Fauzan Azima. [Kh]


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.