Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gus Mus Itu Pilihan Kyai NU

4 Agustus 2015   11:47 Diperbarui: 4 Agustus 2015   11:53 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasanya orang yang biasa meminta jabatan, atau secara terang-terangan main politik itu orang yang sahwatnya politiknya begitu besar. Cukup banyak deretan tokoh agama dan organisasi keagamaan dan partai politik sukanya bergumul dengan dunia politik praktis. Mereka biasanya sering kali merusak tatanan yang sudah mapan menjadi awut-awutan. Al-Marhum Kyai Masduki pernah ngendikan “orang yang suka suka duit (pilkada), doanya ngowos”.

Gus Mus, adalah orang yang bersih, santun, tawaudu’ sekaligus mencerminkan ulama’ Nahdiyah sebenarnya. Kedalaman ilmu dan spritualnya sangat tinggi, dan keluhuran budi pekertinya sangat mulia. Patut di contoh dan diteladani bagi intelektual muda Nahdiyin dan Nahdiyat dimana saja berada, dalam Negeri dan maupun luar negeri.

Ketika Muktamirin sedang adu argumentasi, hingga bersitegang bahkan berhadap-hadapan. Kondisi seperti ini membuat para ulama prihatin, menangis, dan bersedih.. Dengan kerendahan hati, keluhuran budi pekertinya, Gus Mus tampil santun dengan meminta agar supaya Muktamirin mengikuti aturan demi menjaga nama besar NU dan sekaligus bentuk kestiaan terhadap NU dan memulyakan Mbah Muhammad Hasyim Asyary.

Kalimat yang keluar itu begitu dasyat membuat setiap orang yang mendengar tidak mampu berkata-kata, kecuali menerimanya dengan lapang dada dan Ihlas. Rahasia dari kehebatan Gus Mus ialah,beliau selalu menjaga muruah sebagai seorang ulama NU. Tidak mudah ditarik pada politik uang, apalagi dekat-dekat dengan kekuasaan hanya karena urusan duit dan jabatan.

Apa jadinya jika Rois Amm, ternyata masih suka trutusan, dari pada blusukan di masyarakat kecil. Di istana itu bukan untuk ngurus orang kecil, tetapi memiliki tujuan dapat jatah kekuasan dan jabatan. Jika ada calon Rois Amm yang suka trutusan (blusukan) di Istana, bisa dipastikan doanya masih di awang-awang (ngowos).

Gus Mus itu sempat menyampaikan pesan mendalam terkait dengan posisinya sebagai Rois Amm penganti Mbah Sahal Mahfudz, beliau-pun berkata “Rais Aam yang membikin saya menjadi punya posisi seperti ini, KH Sahal Mahfud. Mengapa beliau wafat sehingga saya memikul beban ini. Saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya”" ujar Gus Mus di depan ribuan muktamirin di alun-alun Jombang, Senin (3/8) http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/08/04/nsjeo1330-benarkah-gus-mus-sudah-tak-ingin-lagi-pimpin-nu.

Tersirat dalam pesan itu, seolah-olah Gus Mus tidak mau menerima sebagai pemimpin tertinggi Nahdhotul Ulama. Bagi masyarakat Nahdiyin, pesan yang disampaikan oleh Gus Mus itu justru mempertegas bahwa dirinya sosok yang bisa ngemong para kyai di seluruh Nusantara. Jika diperkenankan memilih, saya akan memilih Gus Mus yang wara’, zuhud, dan tidak demen maslah politik praktis, tetapio juga tidak buta politik. Beliau setia menjaga NU dengan Ihlas. Bukan trutusan ke Istana untuk mempebesar diri dan kepentingan politiknya.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun