Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Naik Haji itu Memang Repot

25 Agustus 2016   14:51 Diperbarui: 25 Agustus 2016   14:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haji salah satu rukun islam yang amat sulit dan rumit serta perlu tenaga, biaya, bahkan diperlukan mental serta ilmu yang cukup. Lebih dari itu orang yang akan menunaikan ibadah haji juga harus mengerti sedikit seputar bahasa, tradisi dan budaya setempat (Arab). Jamaah haji juga harus menyesuaikan suhu udara yang ekstrim. Ketika musim panas, mencapai 45 derajat, ketika musim dingin suhunya mencapai 15 derajat. Belum lagi pola makan selama berada di kota suci Makkah dan Madinah yang juga berbeda dengan pola makan biasanya.

Barangkali, karena itulah maka rukun haji itu diletakkan paling akhir. Dan, yang paling mendasar yaitu hendaknya haji itu dilaksanakan bagi orang-orang yang sudah mampu. Ibn Hajar Al-Askolani memaknai “mampu” itu meliputi “perbekalan dan kendaraan menuju Makkah”.Apa yang dilontarkan oleh imam Ibn Hajar Al-Askolani itu sangat pantas dan masuk akal, karena selama di Makkah dan Madinah jamaah haji itu tidak merepotkan orang lain, seperti; masalah makan, minum, kendaraan, dan lain-lain. Ketika meninggalkan keluarganya, selama itu pula keluarga tidak kekurangan.

Dengan demikian, orang yang belum mampu, tidak wajib menunaikan ibadah haji. Tetapi, jika tetap melakukan ibadah haji, maka hajinya tetap sah. Allah SWT itu sebenarnya tidak pernah menyulitkan hamba-Nya, tetapi kadang hamba itu sendiri yang selalu mempersulit diri sendiri.  Tidak sedikit orang yang datang ke Makkah, ternyata sampai disana meminta-minta.

Ketika sudah mampu, Allah SWT juga mewanti-wanti agar ibadah haji itu bukan untuk keren-kerenan, tetapi murni karena Allah SWT. Ketika sudah cukup materi, sehat jasmani dan ruhani, tetapi enggan menunaikan ibadah haji, maka Allah SWT mewajibkan kepada mereka untuk menunaikan ibadah haji. Jika tidak mau menunaikan ibadah haji dengan beragam alasan, maka Allah SWT maha kaya. Allah SWT tidak butuh alasan, Allah SWT hanya ingin hamba-Nya, melaksanakan perintah-Nya, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Saat ini, ibadah haji bukan hanya sulit, tetapi amat sulit. Hal ini dikarenakan jumlah umat islam semakin bertambah, sementara kuota yang tersedia terbatas. Jika dulua menunaikan ibadah haji terhalang karena bekal dan kendaraan serta ongkos naik haji yang sangat mahal. Sekarang menunaikan ibadah haji itu terhalang oleh kuota yang tersedia.

Begitu panjang antrean ibadah haji, 15 tahun hingga 20 tahun. Bayangkan, orang yang ingin menunaikan ibadah haji harus menanti seikitar 20 tahun. Sementara usia terus bertambah, dan kondisi kesehatan juga semakin melemah. Maka, seringkali seseorang menempuh jalan pintas agar bisa menunaikan ibadah haji. Berbagai cara dilakukan agar bisa menunaikan ibadah haji, seperti; menjadi sopir, menjadi karyawan, atau menjadi tukan bersih-bersih. Yang penting bisa menunaikan ibadah haji. Sebab, hakekat ibadah haji itu memenuhi palnggilan Allah SWT, sehingga orang yang benar-benar berniat dan rindu dengan Allah SWT, selalu diberikan jalan.

Repot dan rumitnya menunaikan ibadah haji seringkali digunkan orang-orang tertentu untuk melakukan “penipuan haji”, seperti; 117 jamaah haji Indonesia di Filipina yang terlantar. Mereka adalah calon-calon jamaah haji yang kurang sabar menunggu antrean panjang. Mereka sebenarnya orang-orang ihlas dan rindu terhadap Baitullah. Mereka menjadi makanan empuk para bandit haji dan umrah, dengan mengatasnamakan membantu sesama muslim untuk menunaikan haji.

Umat islam harus cerdas memilih travel yang akan membantu menunaikan ibadah haji dan umrah. Bandit-bandit haji dan umrah setiap tahun selalu ada dan bertambah. Jangan mudah percaya terhadap janji-janji manis, jangan mudah percaya terhadap orang yang berjubah panjang dan berjengot dan sering mengucapkan kalimat-kalimat toyyibah. Kadang, dengan modal itu, mereka memperdayai jamaah haji yang sedang gandrung menunaikan ibadah haji.

Haji dan umrah itu harus dilakukan karena Allah SWT, dengan demikian Allah SWT menghadiahkan pahala surga baginya. Itulah namanya haji mabur. Bahkan, orang yang sabar menunggu ibadah haji, kemudian wafat ketika dalam penantiannya, maka dia termasuk mati dalam kondisi ibadah haji. Dan kelak dia akan di bangkitkan dalam kondisi talbiyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun