Seribu Developer Ramaikan Bekraf Developer Day di Makassar

Seribu Developer Ramaikan Bekraf Developer Day di Makassar

Muhammad Nur Abdurrahman - detikInet
Sabtu, 15 Okt 2016 17:26 WIB
Foto: detikINET - Muhammad Nur Abdurrahman
Jakarta - Sekitar 1.000 Developer se-Makassar meramaikan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Developer Day (BDD) yang digelar di hotel Grand Clarion, Makassar, Sabtu (15/10/2016).

BDD ini merupakan ajang bertemunya para Developer industri digital, dengan menghadirkan sejumlah pakar dan pelaku industri digital untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi para start-up digital di wilayah Makassar dan sekitarnya, yang terdiri dari talkshow dan live coding dari para praktisi.

Dalam ajang BDD yang sebelumnya digelar di beberapa kota, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Medan ini, para ahli dan pelaku industri seperti Narenda Wicaksono, Co-Founder Dicoding Indonesia dan Andi Taru, founder Educa Studio, Risman Adnan dari Samsung R&D Institute Indonesia, Irving Hutagalung dari Microsoft Indonesia dan Irsan Saputra dari IBM Indonesia yang membagi pengalamannya, tips dan inspirasi dalam pengembangan industri digital seputar aplikasi, web, game dan Internet of Things (IoT).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesi pertama BDD dibawakan Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari yang menjelaskan peluang bisnis kreatif dengan memanfaatkan besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 100 juta orang.

Untuk memacu pertumbuhan para startup dalam negeri, menurut Hari, Bekraf menggratiskan pendaftaran HaKI, memberikan fasilitas workshop, serta menjalin kerjasama dengan perbankan dan lembaga penyedia dana bergulir untuk memberi kredit usaha bagi para pelaku ekonomi kreatif dengan bunga 2,5 persen pertahun.
Seribu Developer Ramaikan Bekraf Developer Day di MakassarFoto: detikINET - Muhammad Nur Abdurrahman
"Pemerintah menargetkan 2019 pertumbuhan ekonomi kreatif sebesar 12 persen dari total PDB, cara mencapainya dengan menciptakan pengusaha baru yang menghasilkan produk berkualitas dan mensubtitusi produk impor. Market itu ada, tinggal kita rebut, kalau tidak direbut kita jadi konsumen di negara kita sendiri, salah satunya dengan menciptakan aplikasi untuk solusi persoalan-persoalan lokal, seperti Go-jek atau Tukang-Pedia yang diciptakan seorang anak muda di Balikpapan," ujar Hari.

Sementara menurut Narenda, Co-Founder Dicoding Indonesia, salah satu tantangan pertumbuhan start-up digital di Indonesia adalah masih kurangnya jumlah Coder (programmer), sektor industri digital masih tersentralisasi di Jakarta, serta masih minimnya pengajaran di bidang IT di daerah-daerah.

"Kita sebenarnya tidak kalah dengan India yang terkenal dengan ahli-ahli IT-nya, di daerah timur kita juga banyak ahli-ahli developer yang jago, seperti pengembang game Minimo Studio atau Andi Taru founder developer game edukasi, Educa Studio yang berasal dari Salatiga," pungkas Narenda. (mna/asj)