Menginfakkan Harta di Jalan Allah untuk Dakwah dan Jihad

Menginfakkan Harta di Jalan Allah untuk Dakwah dan Jihad
Sesungguhnya harta yang ada pada kita cuma titipan dari Allah saat kita hidup di dunia.
Saat kita lahir, kita tidak membawa apa-apa.
Begitu pula saat kita meninggal, cuma kain kafan yang membungkus badan kita.
Harta yang kita hamburkan untuk dunia, itu bukan harta kita yang sebenarnya. Rumah, Mobil, dsb akan menjadi milik ahli waris kita.
Sebaliknya harta yang kita belanjakan di jalan Allah untuk Dakwah dan Jihad itulah yang jadi harta kita yang sebenarnya.
Jika anda membantu para Ulama, Penerbit, Website-website Islam dalam menyebarkan ajaran Islam, niscaya anda akan turut menyebar ilmu yang bermanfaat. Jika Allah menerimanya, maka pahalanya tidak akan putus meski anda telah meninggal dunia. Selama ilmu itu terus menyebar dan diamalkan.
Begitu pula jika anda membelanjakan harta anda untuk Jihad demi kejayaan Islam dan membela kaum yang dizalimi:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” [57. Al Hadiid 7]

“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [57. Al Hadiid 10]

Jika uang anda, anda belikan somay, maka uang itu bukan uang anda. Tapi milik tukang somay. Jika uangnya anda belikan mobil, uang tsb jadi milik pedagang mobil. Terserah apakah mereka membelanjakannya untuk dunia atau di jalan Allah. Tentu saja boleh membeli sesuatu seperti rumah dan mobil sesuai dengan kebutuhan. Tapi jika sudah berlebihan / bermewah-mewahan agar sekedar disebut orang kaya, kasihan sekali.

Termasuk di jalan Allah adalah memberi sebagian harta kita kepada keluarga-keluarga dekat kita, orang miskin, dan para musafir:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” [17. Al Israa’ 26]

Jangan sampai kita hidup senang sendiri, namun keluarga kita banyak yang hidup susah. Jika ada uang berlebih, bantulah mereka sehingga bisa kuliah, dsb. Jangan biarkan mereka putus sekolah padahal mereka mampu.

Sesungguhnya Allah itu Maha Kaya. Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya. Termasu kita semua adalah milik Allah. Saat Allah memerintahkan kita untuk menafkahkan harta kita di jalan Allah, sebetulnya itu bukan untuk Allah. Tapi untuk keluarga kita, fakir miskin, dan kita sendiri.

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” [47. Muhammad 38] 

Tinggalkan komentar