Gara-Gara Selfie di Upacara Wisuda, Kelulusan Pun Ditunda

Nasib sial bisa menghampiri seperti yang dialami seorang pemuda Malaysia ini.

Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rento Ari Nugroho

TRIBUNJOGJA.COM, MALAKA – Selfie atau mengambil gambar diri sendiri memang sedang menjadi tren. Namun alangkah baiknya jika sebelum melakukannya, berpikirlah mengenai tempat dan waktu. Kalau tidak, nasib sial bisa menghampiri seperti yang dialami seorang pemuda Malaysia ini.

Harian berbahasa Melayu di Malaysia, Harian Metro melaporkan, gara-gara selfie saat mengikuti wisuda, Muhammad Hasrul Haris Mohd Radzi (21) harus menerima akibatnya. Kelulusannya ditunda selama dua tahun oleh kampusnya, Universiti Teknologi Mara (UiTM) di Malaka, Malaysia. Sebab, tindakannya ini dianggap “menghina” kampus karena ia melakukan selfie bersama Pembantu Rektor Tan Sri Dr Arshad Ayub ketika menerima ijazahnya di panggung.

Pembantu Rektor UiTM yang lain, Tan Sri Prof Dr Sahol Hamid Abu Bakar mengatakan, tindakan sang mahasiswa dianggap tidak tahu sopan santun dan tidak menghormati adat-istiadat Melayu.

“Tindakannya itu menghina UiTM,” kata Sahol.

Menurut Sahol, para wisudawan telah mengikuti briefing dan panduan mengikuti wisuda sebelum memasuki hall, termasuk mendengarkan peringatan untuk tidak melakukan selfie di atas panggung. Seharusnya wisudawan tersebut menghormati acara dan para dosen. Inilah tradisi penting yang harus digarisbawahi.

Sang wisudawan sendiri yang menerima gelar diploma fotografi dari UiTM Lendu di Malaka meminta maaf. Menurutnya saat itu dia “tidak bisa mengendalikan rasa senangnya” setelah menerima ijazah. Hasil selfie miliknya bersama sang wakil rektor dengan latar belakang ratusan wisudawan yang lain kemudian menjadi viral di dunia maya.

Harian Metro tidak melaporkan kapan selfie tersebut diambil. Namun berdasarkan informasi dari website UiTM menyebutkan bahwa wisuda dilakukan pada 13 dan 14 Mei di Malaka.

“Menurutku itu tidak salah untuk ‘mengabadikan’ momen bersejarah ini setelah bekerja keras selama dua setengah tahun terakhir untuk mendapatkan gelar diploma ini,” kata Haris. Dia menambahkan bahwa dia tidak menyadari adanya larangan selfie oleh Universitas tersebut.

Sahol menyambung, kejadian ini sudah yang kedua kalinya dan universitas pun telah melakukan langkah yang sama kepada wisudawan pelakunya.

“Saya berharap kasus ini akan menjadi pelajaran untuk semua mahasiswa bahwa hal semacam ini yang merusak nama baik UiTM tidak akan terjadi lagi,” tegasnya.

When asked if the suspension was too harsh, he said: “Let them call me cruel, but I’d rather let a child die, than lose our customs (Biar mati anak, jangan mati adat).”

Ketika ditanya apakah penundaan kelulusan merupakan hukuman yang terlalu berat, Sahol menegaskan bahwa pihaknya lebih memilih seorang anak mati daripada adat istiadat yang mati. (Biar anak mati, jangan mati adat).(*)

Sumber: Tribun Jogja
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved