Muhaini "Mot" Taylor, pemilik restoran, mengatakan serangan bermula saat seorang pengguna internet menulis review negatif restoran karena menyediakan daging halal. Padahal reviewer tersebut tidak pernah makan di Mots Cafe.
Satu ulasan tersebut memicu komentar-komentar negatif lainnya yang menuduh restoran mendukung terorisme. Menurut beberapa komentar, produk bersertifikat halal mendukung terorisme. Sementara pengguna lainnya mengatakan mereka tidak mau membayar biaya tambahan untuk produk bersertifikat halal.
Taylor pun menulis pada laman media sosial Mots Cafe bahwa banyak orang yang meninggalkan komentar, tidak paham mengenai arti "halal". Ia menjelaskan bahwa daging halal tidak berbeda dengan daging lainnya yang ada di dunia.
"Perbedaannya hanya cara penyembelihannya saja. Daging halal disembelih menggunakan tangan, baik sapi, ayam atau atapapun yang hidup. Halal secara sederhana memberkati hewan dengan kata-kata penghargaan, dan pengorbanan hidupnya, untuk memberi makan manusia," tulis Mots Cafe dalam laman Facebooknya (14/01).
Posting tersebut menarik hampir 3.000 komentar. Pemilik menambahkan bahwa mereka menghormati pendapat semua orang, oleh karena itu mereka pun berharap semua orang bisa menghormati dan memahami mereka.
Meski Taylor tidak berencana menutup restoran yang sudah berdiri empat tahun, tapi ia sempat berniat menutup laman Facebook. Namun kini laman Facebook Mots Cafe tetap aktif dan mereka justru memperkenalkan menu baru.
"Kami akan terus menjalankannya. Ini telah menjadi mimpi saya untuk melakukannya, terutama untuk memasukkan makanan halal. Sejak lama menjadi perjuangan di Bunbury mencari tempat makan halal bagi kami dan turis seluruh dunia yang makan halal," tutur Taylor seperti dilansir dari The West Australia (20/01/2015).
Tak hanya komentar negatif, Mots Cafe juga banyak mendapat dukungan dan pembelaan dari pengguna internet. Beberapa dari mereka mencoba mengedukasi arti sebenarnya dari halal.
(msa/odi)