Wapres: Tantangan Aceh Masih Berat

Meski kondisi Aceh sudah lebih baik--setelah didera konflik dan bencana--tapi tantangan daerah ini ke depan masih

Editor: bakri
WAKIL Presiden (Wapres) RI, HM Jusuf Kalla (JK) didampingi Istrinya Mufidah bersama Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah dan istrinya Niazah A Hamid berdoa pada peringatan sepuluh tahun tsunami Aceh di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh, Jumat (26/12). SERAMBI/BUDI FATRIA 

BANDA ACEH - Meski kondisi Aceh sudah lebih baik--setelah didera konflik dan bencana--tapi tantangan daerah ini ke depan masih sangat berat. “Angka kemiskinan yang masih cukup tinggi dan pengangguran yang terus meningkat bisa memicu kriminalitas dan konflik horizontal antara masyarakat dengan pemerintah. Inilah tantangan berat yang dihadapi Aceh ke depan,” kata Wakil Presiden (Wapres) RI, HM Jusuf Kalla (JK).

Pernyataan tersebut disampaikan JK dalam pidatonya pada peringatan 10 tahun tsunami yang dipusatkan di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh, Jumat (26/12).

Wapres menyatakan itu menanggapi laporan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah yang menyebutkan jumlah penduduk miskin di daerahnya masih cukup besar mencapai 19 persen atau di atas rata-rata nasional yang hanya 13 persen. Begitu juga jumlah pengangguran terus meningkat setiap tahun dan saat ini mencapai 8-9 persen dari jumlah penduduk 5,2 juta jiwa.

Dua masalah itu--kemiskinan dan pengangguran--menurut Wapres RI kalau tidak ditangani secara baik oleh Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota, bisa membuat masalah baru di Aceh. “Kalau dulu konflik antara GAM dengan Pemerintah RI, ke depan adalah masalah yang ditimbulkan oleh kemiskinan dan pengangguran,” kata JK.

Mengantisipasi munculnya permasalahan tersebut, Wapres menyarankan kepada Pemerintah Aceh untuk membuat program pembangunan yang tepat guna bagi masyarakat dan membuka jalur lintas tengah yang dapat melancarkan arus transportasi dari dua sisi yakni pantai barat-selatan Aceh dan timur-utara. Dengan terbukanya jalur tersebut bisa memberikan kesempatan yang banyak kepada masyarakat untuk membangun daerah sentra pertumbuhan baru dan penciptaan lapangan kerja baru.

JK hadir pada peringatan 10 tahun tsunami bersama empat menteri kabinet kerja, yakni Menko Prekonomian Sofyan Jalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia Ferry Mursidan Baldan, Menteri ESDM Sudirman Said, dan MenPAN dan RB Yuddy Crisnandi.

Dalam pidatonya, JK menceritakan sekilas penanganan tanggap darurat pascatsunami Aceh pada saat dirinya masih menjadi wapresnya Presiden SBY, 10 tahun lalu. “Belajar dari bencana Aceh, betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara serta rasa solidaritas yang tinggi antarbangsa,” katanya.

Dikisahkannya, dua hari pascatsunami, dirinya datang ke Aceh dan melihat kehancuran yang sangat parah di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Meulaboh (Aceh Barat), Calang (Aceh Jaya). Ini merupakan bencana alam terbesar yang dialami bangsa dan negara Indonesia setelah merdeka tahun 1945,” ujar JK.

Kebangkitan Aceh saat ini, kata JK bukan hanya karena bantuan dari pusat dan negara donor, tapi juga keteguhan hati seluruh masyarakat Aceh untuk kembali bersatu membangun daerahnya yang telah hacur porak poranda.(her)

Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved