Nikmati LIVE report dan berita dari berbagai kota, rasakan menjadi Indonesia dengan TribunX
Tribun Bisnis

Gejolak Rupiah

Ekonom: Satu Perusahaan Asuransi dan Tiga Bank Terancam Kolaps

Perkembangan nilai tukar mata rupiah benar-benar bikin ketar-ketir

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Ekonom: Satu Perusahaan Asuransi dan Tiga Bank Terancam Kolaps
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Seorang warga melakukan penukaran pecahan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Kawasan Blok M, Jakarta, Senin (24/8/2015) lalu. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp 14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp 14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkembangan nilai tukar mata rupiah benar-benar bikin ketar-ketir. Kalangan perbankan dan industri keuangan non bank, akan dilanda kecemasan. Apalagi kalau kurs rupiah tembus Rp 16 ribu per dollar Amerika.

Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri mengungkapkan , bila kurs rupiah sampai ke level Rp 16 ribu per US$, pemerintah akan menghadapi masa-masa sulit.

"Ada beberapa hal yang bisa terjadi. Perbankan atau industri non bank terancam bankrut," kata Deni kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan simulasi stress test yang dilakukan CBC, kata Deni, hasilnya cukup mengejutkan. Apabila nilai tukar rupiah ambrol sampai Rp 15 ribu per dolar AS dan IHSG merosot 20 persen, maka salah satu perusahaan asuransi bakal gulung tikar. "Tapi mohon maaf saya tidak bisa sampaikan namanya," kata Deni tanpa menyebutkan nama asuransi tersebut.

Hanya saja, kata Deni, asuransi yang terancam ini, sebagian besar sahamnya dimiliki oleh bank pelat merah. Apabila rupiah terus melemah sampai menembus Rp 16 ribu per dolar AS, kata Deni, hasil stress tes menyebut adanya tiga bank kelas menengah terancam kolaps.

"Tapi, semuanya bisa diatasi. Dalam hal ini, pemerintah harus gerak cepat. Solusi jangka pendek adalah segera buat protokol krisis yang jelas dan tegas," kata Deni.

Pemerintah lanjut Deni, juga harus menunjukkan kewibawannya dengan tegas. Jangan seperti saat ini kepercayaan terhadap pemerintah lemah.

BERITA TERKAIT

"Kalau sekarang ini, rupiah sangat fragile atau rentan karena bangsa ini mempunyai daya saing yg lemah hampir disemua sektor. Ini harus diperkuat. Bagaimana caranya? Saya kira banyak langkah yang bisa ditempuh," kata Deni.

Deni juga menyayangkan banyak kebijakan Bak Indonesia yang tidak teraarah dan tidak terukur dalam mengatasi melemahnya rupiah. Sehingga menjadi semakin lemah. Bahkan saat ini ini pasar ngga ada direction dari BI. Ngga ada firm statement dari Gubernur Bank Indonesia seperti Zeti Gubernur Bank Malaysia kan firm dan jelas apa yg dia mau lakukan.

BI menurut dia, harus firm terutama untuk meyakini para ibu rumah tangga dan perusahaan kecil.

“Kita bergantung kepada BI untuk mendorong perekonomian. Kalau Fed melakukan QE (quantitative easing)untuk mendorong ekonomi kerena memang Fed yang punya resources. Termasuk cetak uang. Pertanyaannya, sekarang BI lakukan apa sekarang?," Deni mempertanyakan.

Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas