Inefisiensi pabrik buat kinerja ekspor Indonesia lemah
Merdeka.com - Menteri Perdagangan Rahmat Gobel menegaskan lemahnya ekspor Indonesia, lantaran inefisiensi di pabrik. Setidaknya terdapat beberapa faktor inefisiensi yang dialami pabrik-pabrik di Indonesia.
Dia mencontohkan, ada satu perusahaan yang saya datangi punya ekspor USD 27 juta. Dan untuk menjaga ekspornya, dia harus menyimpan stok bahan baku 6 bulan. "Kalau dia menyimpan 6 bulan, berarti dia harus punya lahan untuk menyimpan 6 bulan, berarti inefisiensi," jelasnya saat ditemui usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) Menteri Perdagangan, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin (27/10).
Selain itu, pabrik tersebut harus meminjam uang dari bank dan kemampuan dalam miliki mesin agar tetap menjaga usaha. "Padahal itu kan memakan waktu dan biaya yang banyak," ucapnya.
Dia mengatakan, masalah tersebut, membuat produk ekspor Indonesia jauh tertinggal dari berbagai negara seperti Vietnam. Padahal, dari segi bahan baku, Indonesia unggul. "Kita coba menekan inefisiensi mereka, misalnya dengan membuat trading house sehingga mereka tidak perlu pusing. Sudah ada jaminan," ujar bos Panasonic tersebut.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaBahlil menilai kenaikan tarif pajak hiburan ini bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaKeberadaan gudang ini diketahui setelah sebelumnya dilakukan penggerebeken terkait produksi pil koplo di Bekasi.
Baca Selengkapnya"Ini menyebabkan produksi rokok mengalami penurunan terutama golongan 1 yaitu produsen terbesarnya," ucap Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaJika dilihat dalam perjalanannya, penerimaan pajak sempat mengalami penurunan yang signifikan yakni pada tahun 2020.
Baca SelengkapnyaTak hanya menguasai pasar Indonesia, pabrik ini berhasil mengekspor produknya
Baca Selengkapnya