Ditemukan, 10 Kuburan Massal Baru Korban Pembunuhan 1965

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Selasa, 24 Okt 2017 17:36 WIB
Merujuk pada kesaksian para aktor yang turut serta, sebanyak 10 lokasi kuburan massal korban pembunuhan 1965 terhadap simpatisan PKI ditemukan.
Bedjo Untung dan beberapa anggota YPKP 65 saat menyambangi Kemenkopolhukam, Mei lalu terkait korban pembunuhan 1965. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 (YPKP 65), Bedjo Untung mengaku menemukan 10 titik kuburan massal baru dari simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dibunuh pada periode 1965-1966. Temuan baru itu menambah daftar 122 kuburan massal yang sebelumnya ditemukan YPKP 65.

"Kami sudah datangi semua. Kita gali keterangan saksi," kata Bedjo, di kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (24/10). Saat itu, pihaknya juga mengeluarkan desakan agar Komnas HAM menindaklanjuti pengusutan pelanggaran HAM berat 1965.

Bedjo melanjutkan, 10 titik kuburan massal yang baru ditemukan itu tersebar di beberapa daerah. Yakni, Magetan, Pacitan, Cilacap, Grobogan, Purwodadi, dan Sukabumi. Lokasinya pun beragam. Ada yang berada tengah daratan, ada yang di sekitar pantai atau daerah pesisir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian besar kuburan massal itu telah tertutup bangunan yang berdiri di atasnya. Misalnya, toko dan hotel. "Ada juga yang digusur jadi perumahan, di bawah itu ada kuburan massal," imbuhnya.

Pihaknya mengakui, temuan lokasi kuburan massal itu didasarkan atas keterangan saksi hidup. Misalnya, Bedjo mengklaim pernah menemui algojo yang membunuh simpatisan PKI yang tidak sungkan memberikan kesaksian.

ADVERTISEMENT

"Dia merasa itu tugas negara. Diperintahkan menembak, ya (korbannya) ditembak," ucapnya.

Di samping itu, kesaksian didapat dari penggali dan pemegang lampu kala penembakan terhadap simpatisan PKI di malam hari. Menurutnya, saksi-saksi tersebut merasa gundah jika tidak membeberkan apa yang sebenarnya terjadi karena itulah Bedjo lebih mudah menggali informasi.

"Mereka memberi tahu. Mereka masih ingat karena ada penanda, yaitu pohon kelapa," ungkap dia.

Perihal jumlah korban dan alamat rinci lokasi kuburan massal yang baru, Bedjo masih enggan membeberkan. Menurutnya masih ada hal yang perlu dilengkapi agar menjadi data yang valid dan komprehensif.

Berdasarkan data yang diterima CNNIndonesia.com, sebelumnya YPKP 65 telah menemukan 122 titik kuburan massal di berbagai daerah. Dari ratusan lokasi itu ditemukan 13.999 korban yang terkubur.

Rinciannya, 50 lokasi di Jawa Tengah dengan jumlah 5.543 korban; dua lokasi di Yogyakarta dengan jumlah korban 757 orang; 28 lokasi di Jawa Timur dengan 2.846 orang korban; tiga lokasi di Jawa Barat dengan jumlah korban 115 orang; satu lokasi di Banten dengan jumlah korban 200 orang.

Selain itu, ada 7 lokasi di Sumatera Utara dengan jumlah kroban 5.759 orang; 21 lokasi di Sumatera Barat dengan jumlah korban 1.988 orang; dua lokasi di Sumatera Selatan dengan jumlah 2.150 orang. Kepulauan Riau 5 lokasi dengan jumlah 173 orang.

Tak ketinggalan pula dengan Pulau Bali, di mana YPKP 65 mengaku menemukan satu lokasi kuburan massal dengan jumlah korban 11 orang; di Kalimantan Timur dan Sulawesi masing-masing ditemukan satu lokasi dengan jumlah korban yang belum terinci.

"Jumlah kuburan massal masih banyak dan yang akan ditemukan pasti bertambah lagi," lanjut Bedjo.

Bedjo mengatakan, 122 kuburan massal itu telah diberikan kepada Komnas HAM dan Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan pada 2016 lalu.

Kala itu, Bedjo memberikan data kuburan massal kepada Luhut Binsar Pandjaitan saat masih menjabat sebagai Menko Polhukam. Bedjo sendiri memberikan data karena Luhut memintanya di acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 yang dihelat pada 18-19 April 2016. Ketika itu, kata Bedjo, Luhut berjanji akan menindaklanjutinya.

"Tapi ketika diberikan, dia seolah berdalih. Menganggap enggak ada kuburan massal. Sampai sekarang berganti jadi Wiranto, enggak ada kelanjutannya," ujar Bedjo.

Sebelumnya, sebanyak 39 dokumen dengan total 30 ribu halaman tentang upaya penggulingan Sukarno dan PKI oleh Angkatan Darat dipublikasikan lembaga non-profit National Security Archive (NSA), lembaga National Declassification Center (NDC), dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA), dalam situs nsarchive.gwu.edu, 17 Oktober.

Dokumen yang merupakan data Kedutaaan Besar dan Konsul Jenderal AS di Indonesia pada masa itu juga mengungkap adanya informasi tentang pembantaian terhadap ribuan simpatisan PKI di Jawa.

Atas temuan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengaku akan mengecek kebenaran dan akurasi dokumen itu ke Pemerintah AS.

“Yang perlu kami lakukan sebelum menyimpulkan adalah mengecek akurasi dan kebenaran laporan tersebut,” kata dia, dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu (18/10). (arh/djm)
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER