Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sisi Lain Politik Jokowi dan Erdogan

25 Juli 2016   18:14 Diperbarui: 25 Juli 2016   18:20 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi itu orang Jawa yang Bergama Islam. Tetapi, Jokowi itu santri ndeso, tetapi saat ini menjadi Presiden Republik Indonesia lho. Sebagai orang ndeso yang dekat dengan para Kyai, tentu saja beliau menerima usulan para Kyai agar ditetapkan hari santri. Rupanya, Jokowi satu-satunya Presiden yang mau dan peduli dengan hari santri, sehingga meresmikan Hari Santri Nasional. Padahal, pada waktu itu Fahrie Hamzah mengatakan “sinting” tetapi Jokowi tetep meneruskan idenya.

Jonru, semua kenal dengannya. Berkat meng-olok-olok dan mem-buly Jokowi popularitasnya naik drastis. Yang menarik pada diri Jokowi itu, walaupun orang setiap hari menghina, mencaci, tidak pernah mebalasnya dengan cacian, juga tidak pernah melaporkan kepada polisi, bahkan juga tidak ngreken babar piasan. Dulu, saat Rosulullah SAW dihina, dicaci maki, di usir, dan di larang dagang di Makkah. Rosulullah SAW tetap sabar, dan tidak pernah membalas. Justru, orang yang mencaci maki dan melukainya di doakan. Tetapi, Jokowi itu bukan seorang nabi, dan juga bukan Kyai. Kalau seandainya marah dan melaporkan kepada polisi orang yang melecehkan, wajar dan manusiawi. Wong Jokowi itu bukan ulama dan juga bukan ustad.

Dalam pepatah jawa, ada istilah yang sangat menarik “menang tanpo ngasurake” yang artinya “menang itu tidak tanpa harus menjatuhkan”. Dalam berpolitik, orang Jawa lebih suka menggunakan pendekatan “kultural” tetapi tetap menggunakan strategi yang mematikan lawan-lawan politiknya. Ketika menyaksikan wayang kukit, sering mendengarkan istilah “suradira jayaning rat lebur dening pangastuti adalah ungkapan Jawa yang merupakan kode bagi suatu strategi perang ala Jawa”.

Seringkali, orang Jawa itu unggul dalam kancah berpolitik, karena memiliki kesabaran serta keuletan dalam meraih cita-citanya. Inti dari strategi Jawa Kuno adalah membuat manuver untuk membangun situasi agar musuh dilawan oleh dirinya sendiri. Dalam pandangan yang lebih luas, saat ini orang Israel Yahudi itu tidak perlu berlumuran darah untuk menghancurkan orang Arab dan Turkey. Biarkan saja orang islam sibuk mengkafirkan, menyesatkan (tabdi) sesama islam pada akhirnya saling membenci dan bermusuhan, sampai pada ujung-ujungnya saling membunuh dengan dalih mepertahankan kebenaran yang bersumber pada kitab suci mereka.

Jokowi, itu Orang Jawa, kurus, tinggi dan tidak genteng (gagah). Orang ganteng dan gagah, belum tentu kuat dan sabar. Untuk memenangkan dan meluluh lantakkan musuh-musuhnya, tidak perlu garang dan gagah, cukup dengan kesantunan budi pekerti. Jokowi, itu sepert “petruk”. Tinggi dan kurus, tetapi suatu saat tegas dan menjadi seorang Raja “Petruk dadi Ratu”. Begitulah kisah dalam sebuah wayang kulit. yang sesungguhnya pasti sabar, telaten, ulet walaupun secara fisik tidak terlalu besar. Orang Jawa itu paling bisa hidup berdampingan dengan siapapun tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai orang Jawa.

Sejak awal, Jokowi menampilkan sosok yang sederhana. Ketika bersalaman dengan orang yang lebih Tua, selalu membungkukkan kepala. Ketika bersalaman dengan “ibu Kandung” Joki mencium tangan dan bersimpuh. Begitulah semestinya seorang anak ketika sungkem kepada kedua orang tuanya. Jokowi melakukan itu, walaupun kemudian dituduh pencitraan. Jokowi tidak perduli, yang jelas itu adalah ajaran budi pekerti yang sesuai dengan nilai-nilai islam dan Al-Quran.

Nah, Tokoh lain yang mirip dengan Jokowi adalah “Erdogan”. Presiden Turkey kali ini ganteng, gagah, dan menarik perhatian. Apalagi, media yang mencintai benar-benar mengangkatnya, sehingga seolah-olah tidak ada aibnya. Jokowi memiliki style yang berbeda dengan Eedogan, keduanya Presiden yang sah di pilih oleh rakyat dengan ara demokratis.

            Ketika menjadi seorang Presiden, Turkey sering mendapat terror bom. Wajar saja, jika kemudian masyarakat luas tidak tenang dan tentram karena ketakutan dengan Bom. Kemudian Kurdy sampai saat ini juga belum reda. Menariknya, Erdogan itu ikut serta urusan masalah dalam negeri Syiria. Sehingga, sekarang juga Negerinya juga banyak bermasalah, karena telah dalam campur tangan rumah tangga Negeri Syiria.

Nah, orang Israel salah satu Negara yang ingin tetep kuat dan eksis, baik agama maupun negaranya. Ketika melihat orang-orang yang radikal dan tekstual memahami islam. Maka ini menjadi peluang untuk menghancurkan Islam dan Bangsa Arab yang selalu meributkan urusan perselisihan agamanya. Khususnya masalah Syiah dan Sunnah. Sekarang Turkey sedang menghadapi ancaman serupa, seperti yang terjadi pada Syiria, Iraq, Libya, Afganistan. Semoga Tuhan menjaga Turkey dari perpecahan umat. Semoga rakyat Turkey tetap kompak dan waspada, serta sabar di dalam menghadapi masalah demi masalah.

Sebenarnya, Erdagon itu orang yang taat terhadap agamanya. Beliau juga termasuk orang yang cinta kepada para ulama tasawuf, kususnya pada Guru Murysid yang bernama Syekh Affandi. Ketajaman seorang guru mursid tasawuf memang tidak boleh diangab remeh. Tetapi urusan politik itu memang unik, menarik dan sulit untuk diprediksi. Semakin menarik, ketika Erdogan menuduh Fathullah Gulen sebagai dalang kudeta, walaupun Gulleh telah menjelaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu. Itulah politik kelas tinggi, yang sangat sulit menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah. 

 Sultan Al-Fatih yang mampu menaklukkan Kostantinopel karena sang guru spritulanya selalu menyertainya dan memberikan semangat. Guru Sultan Al-Gatih juga seorang sufi yang setiap saat interaksi dengan Allah SWT. Lagi-lagi masalah politik itu emang rumit, tetapi sangat menyenangkan. Jika Turkey identik dengan ulama-ulama Tasawuf, sementara Indonesia identik dengan para Kyai yang juga ulama Tasawwuf juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun