Jakarta, CNN Indonesia -- Selain penggunaan formulasi harga yang rumit saat pengadaan minyak impor oleh Pertamina Energy Trading Limited (Petral), Tim Reformasi Tata Kelola Migas juga menemukan adanya kejanggalan dalam penetapan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Fahmy Radhi, anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas menjelaskan dalam menghitung harga jual BBM bersubsidi Pertamina menunjuk sejumlah ahli untuk menentukan harga. Hal ini dilakukan dalam rangka menemukan harga jual yang tepat dengan mempertimbangkan fluktuasi nilai Rupiah, patokan harga Indonesian
Crude Price (ICP), hingga biaya produksi.
Setelah itu, angka tersebut diserahkan ke Pemerintah yang nantinya akan memutus berapa besaran harga jual BBM bersubsidi ke masyarakat dengan pertimbangan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Yang mengherankan kenapa harga yang ditetapkan Banggar selalu lebih tinggi dibandingkan harga yang diusulkan para ahli tadi. Umumnya ada selisih sekitar US$ 3 sampai US$ 4 per barel. Ada apa ini?" tanya Fahmy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT