Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Mahasiswa Bahasa Arab Universitas Negeri Malang Bersanding dengan Penutur Arab Asli

28 Agustus 2015   20:55 Diperbarui: 28 Agustus 2015   21:01 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Universitas Negeri Malang salah satu kampus yang terkenal dengan kelebihan bahasa Arab dan Inggrisnya. Saya sering mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa seputar pilihan mereka. Kenapa memilih Universitas Negeri Malang dengan jurusan Bahasa Arab? Sebagian mereka menjawab”karena Universitas Negeri Malang sangat bagus bahasa Arabnya”. Dari generasi ke generasi, jawaban itu  selalu saya dengarkan. Ini menjadi isarat, bahwa Universitas Negeri Malang mampu menjaga kualitas bahasa Arabnya dengan baik.

Jika dilihat dari dosen-dosenya, tidak jauh berbeda dengan dosen-dosen kampus lain, begitu juga dengan metodologi pembelajarannya juga tidak berbeda banyak. Bahkan, jika dilihat dari segi mahasiswa yang masuk, latar belakangnya juga tidak begitu istimewa, bahkan ada juga yang lulusan SMK dan SMA, yang notabene kualitas bahasa Arabnya sangat minim.

Jika dilihat dari sudut kedcerdasan secara umum, bisa dikatakan rata-rata sama. Tidak ada yang istimewa, kecuali beberapa mahasiswa yang memang memiliki kemampuan lebih di antara yang lain. Itu-pun, jumlahnya tidak begitu banyak.

Sudah menjadi rahasia umum, bahkan menjadi ikon, jika ingin mahir belajar bahasa Arab, ya di Universitas Negeri Malang tempatnya. Disamping itu, sebagian mahasiswa yang belajar bahasa Arab di Universitas Negeri Malang itu sebagian besar dari desa (ndeso), seperti; Pasuruan, Tuban, Gresik, Kediri, Blitar, Tulung Agung, Probolinggo, Lumajang, Madura. Ada juga dari luar Jawa, seperti; Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, NTT. Itu semua terlihat dari penampilan sehari-hari yang sangat sederhan dalam berbusana dan berbicara. Yang paling banyak ialah dari daerah desa, yang notabene itu masih belum banyak terkontaminasi.

Begitu juga dengan tenaga pengajarnya, sebagian besar dari kalangan qurowiyin (ndeso) yang niatnya memang mengajar. Di dalam filsafah, seorang pengajar memiliki motto” lebih bangga jika muridnya lebih pinter dari dirinya”. Oleh karena itulah, seorang pengajar, dengan segala kemampuan  memberikan yang terbaik untuk anak didiknya agar menjadi orang yang lebih baik dari dirinya. Barangkali, sebagian dosen Bahasa Arab itu banyak yang tulus dan ihlas ngajari (membimbing) mahasiswanya dengan ihlas, sehingga sang mahasiswa memperoleh ilmu yang manfaat.

 

Kali ini, UIN Maulana Malik Ibarahim Malang mengadakan acara Internasional yaitu “Pertemuan Ilmiah Internasional Bahasa Arab (PINBA) IXdan Muktamar Nasional (Munas) V Ittihadul Mudarrisin Lil-Lughah Al Arabiyah (IMLA) 2015”. Tema yang di usung juga begitu menarik “Al Lughah Al Arobiyah Asasus Tsaqofah Al Insaniah ini diharapkan bisa memformulasikan Bahasa Arab sebagai bahasa akademik di dunia internasional” .

Bagi dosen, acara ini biasa-biasa saja, bahkan ada yang kurang menarik, karena mereka memiliki tujuan tertentu, sehingga mengikuti seminar Internasional itu merupakan sebuah keharusan (terpaksa). Walaupun tidak dipungkiri, banyak mujahid-mujahid bahasa Arab yang benar-benar mencurahkan dirinya untuk bahasa Arab yang diyakini sebagai bahasa penduduk surga.

 Tidak aneh, jika setiap acara seperti ini, para pembicara “al-Bahisah” sudah saling kenal, bahkan bisa dikatkan orangnya itu-itu juga. Sekali, lagi tugas seorang dosen  bukan sekedar mengajar, lebih dari itu, yaitu harus menghidupkan bahasa Arab sekaligus melestarikan dengan cara seminar-seminar seperti ini. Seorang bikak berkata “jika bukan kita yang menghidupkan bahasa Arab, lantas siapa? Mengajar dan mengembangkan bahasa Arab di muka bumi sama dengan membumikan kitab suci Al-Quran.

Yang menarik pada seminar kali ini ialah, banyaknya lulusan Universitas Bahas Arab dengan jurusan Bahasa Arab berani tampil bersanding dengan penutur Arab Asli dan juga bersanding dengan dosennya. Keberanian mereka perlu luar biasa, dan harus di apresiasi, karena tidak semua memiliki nyali untuk menyajikan makalah berbahasa Arab kemudian di sampaikan di hadapan puluhan para penutur Arab Asli. Bahkan, mereka harus mengeluarkan biaya agar bisa ikut serta seminar. Ini merupakan perjuangan bagi seorang mahasiswa yang belum memiliki gaji setiap bulannya.

Beberapa mahasiswa yang terlihat narsis (mengabadikan penampilanya), dengan segala kemampuan intelektualnya anatara lain; Chep Wanda, Dzatu Ulum, Rizalul Furqon, Karmila, Hamzah Ahmad (2007),Samsul Maarif. Mereka saya memang memiliki kemampuan yang cukup untuk itu. Dengan nyali yang menyala-nyala alias nekat, mereka-pun menyajikan makalahnya bersama dosen-dosen yang pernah mengajar dan membimbingnya sewaktu di bangku kulliyah, juga dihadapan penutur asli Arab. Keren bukan!Keberanian yang dilandasi kemampuan itu tidak lepas dari para pengajar yang begitu ihlas dan tekun ngajari anak-anak didiknya dengan baik dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun