Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nabi Musa dan Kebijakan Jusuf Kalla Seputar Kaset

29 Juli 2015   21:40 Diperbarui: 15 November 2019   04:33 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini, JK Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia membuat statement seputar larangan pengajian di masjid-masjid yang menggunakan kaset (CD). Jusuf Kalla berharap agar supaya penggunakan kaset pemutaran pengajian yang sudah jalan bisa ditertibkan.

Tujuan utamanya ialah, untuk mengetahui tingkat  kebisingan suara pengajian yang menggunakan kaset (CD) agar tidak tumpang tindih antara masjid satu dengan masjid lainya. Lagian, dilapangan banyak sekali pengajian kaset, tetapi orangnya roko’an, jagongan, ngobrol ngalor ngidul

Sehingga esensi pengajian tidak bisa didapatkan, malah menambah ke-bisingan. Yang perlu digaris bawahi, ternyata himbauan ini hanya pengajian yang menggunakan kaset (CD), bukan pengajian langsung. Intinya, Jusuf Kalla itu tidak melarang, tetapi ditertibkan. Orang cerdas pasti faham dan mengerti bedanya dilarang dan ditertibkan.

Saat mencermati statement Jusuf Kalla seputar penertiban penggunaan kaset teringat pada perjalan-ku ke Makam Nabi Musa as di Palestina, dimana adzan yang dikumandangkan di Masjid Nabi Musa itu justru memakai kaset rekaman alarm made in China

Sementara orangnya tidak mengumandakan adzan, justru duduk-duduk di dalam Masjid dan sebagian lagi yang diluar masjid enak-enak’an ngobrol dan nunggui jualan.

Tidak lama kemudian, saya memasuki Masjid. Ternyata tidak menemukan jamaah, kecuali juru kunci Makam dan Masjid. Kami bersama rombongan menunaikan sholat asar berjamaah, sementara masyarakat sekitar cuek dengan panggilan adzan tersebut.

Karena merasa aneh dengan kondisi masyarakat adzan di masid itu, saya-pun menanyakan kepada pembimbing (Guide) kenapa adzan kok pake kaset. Sang Guide menjelaskan “otoritas pemerintah setempat tidak memperkenankan adzan berbeda-beda, baik waktu dan suaranya”. Jadi, suara adzan yang terdengar itu adalah kaset (CD).

 Dan yang lebih mengelikan, ternyata suara adzan itu adalah suara alrm kaset dari China. Kemudian dalam hatiku ngedumel sendiri “nanti yang masuk surga justru kasetnya”. 

Sungguh sangat menyedihkan kondisi seperti ini. Barangkali kali ada benarnya jika Jusuf Kalla melarang kaset Ngaji di Masjid-masjid, agar supaya orang islam tetap semangat ngaji dan adzan, bukan mengantikannya dengan kaset. 

Barangkali, se-andainya Nabi Musa as, bisa berbicara mungkin akan berkata kepada Jusuf Kalla “engkau sudah benar, kalau sampai dibiarkan pengajian dan adzan pake’ kaset/CD, bisa-bisa orang Indonesia malas-malasan ngaji dan adzan

Para wisatawan Muslim dan Non-muslim, yang datang dari berbagai wilayah Nusantara selalu berziarah ke makam Nabi Musa as. Ziarah kubur itu sunnah Rosulullah SAW yang harus dilestarikan, agar tetap mengingatkan akan kematian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun