Selasa, 23 April 2024

Calon Presiden 2014

Deklarasi Malioboro, Insan Pers Minta Maaf ke Rakyat karena Ikut Terpolarisasi Pilpres

Deklarasi Malioboro adalah pernyataan hasil kesepakatan para pekerja media yang ingin mengembalikan kerja profesi wartawan ke khitahnya

ho/tribunnews
Pembacaan Deklarasi Malioboro oleh wartawan yang bertugas di Yogyakarta diwakili oleh Ketua PWI Yogyakarta, Sihono, Gedung DPRD, Yogyakarta, Senin (7/7/2014). Pembacaan disaksikan oleh Wagub DIY, Sri Paduka Paku Alam IX dan Ketua DPRD Yoeke Indra. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sekitar 20 wartawan mewakili para pekerja pers yang bekerja di Jogyakarta meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena telah tidak memberikan pendidikan politik cerdas serta demokrasi yang baik  kepada rakyat Indonesia terkait erat dengan kampanye pilihan presiden (pilpres) 2014.

Pernyataan maaf itu tertuang dalam “Deklarasi Malioboro” yang diserahkan kepada Wagub DIY, Sri Paduka Paku Alam IX di Gedung DPRD DIY, Senin (7/7/2014).

Deklarasi Malioboro adalah pernyataan hasil kesepakatan para pekerja media yang ingin mengembalikan kerja profesi wartawan ke khitahnya mengingat Pilpres 2014 membuat persatuan, integritas dan kerja profesional sebagai wartawan menjadi terbelah.

Mereka mengakui, kampanye Pilpres 2014 merupakan pelajaran terbaik bagi kerja insan pers yang sangat mempengaruhi masa depan bangsa dan negara Indonesia.

Sebelum diserahkan kepada Paku Alam IX, Deklarasi Malioboro dibacakan oleh Ketua PWI Jogyakarta, Sihono dan disaksikan oleh para wartawan yang antara lain termasuk, Kusno Utomo (Radar Jogya), Taufiq (Tribun Jogya), Santosa (ANTV), Adi Prabowo (Sorot Jogya), Bagus Kurniawan (Detik), Primaswolo (Kedaulatan Rakyat) dan Fauzi (Sindo Jogya). 

Kata “Malioboro” diambil dari  nama jalan di mana  DPRD berdiri yakni Jalan Malioboro, yang merupakan ikon kota Yogyakarta. 

Hadir juga dalam deklarasi itu adalah Ketua DPRD DIY Yoeke Indra, Wakil Ketua Sukedi (Partai Demokrat) dan anggota DPRD Arif Nur Hartanto (PAN).

“Kami yang hadir di sini, dengan  kerendahan hati menyadari penuh artinya masa depan bangsa dan negara Indonesia yang tidak boleh terpecah-pecah. Indonesia adalah satu tak terbagi. Sehingga kami saling mengapresiasi niat baik dan tugas kami masing-masing. Akhirnya kami sepakat untuk kembali ke khitah tugas profesional kami,” ujar Agung PW satu di antara deklarator.

Menurut Sihono, wartawan Yogyakarta benar-benar merasa prihatin karena masyarakat sangat jelas mempertanyakan kenetralan dalam bekerja terkait dengan Pilpres 2014.

Karena pertanyaan itu, wartawan Jogyakarta merasa belum sepenuhnya memberikan edukasi politik secara baik dan cerdas.

Wartawan Yogyakarta sangat berharap rekan-rekan wartawan di kota lain akan mengikuti jejak mereka demi Indonesia yang bermasa depan lebih menjanjikan, memberikan harapan serta memberikan hidup tanpa harus terpecah-pecah khususnya bagi generasi mendatang yakni anak-cucu rakyat Indonesia.

Berikut kutipan lengkap tersebut:

DEKLARASI MALIOBORO

Proses Pilpres 2014 telah menimbulkan persepsi kurang nyaman dialamatkan kepada insan pers terkait dengan indenpensi dan netralitasnya sebagai pilar ke-4 reformasi. Hal ini tentu akan merongrong kepercayaan publik terhadap Pers Indonesia secara keseluruhan.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
    About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan