Operasi Sesar di Benak Seorang Awam

Semalam saya berdiskusi dengan istri yang mana sudah 3 kali operasi sesar, yaitu pada kelahiran anak pertama, ketiga, dan keempat. Kami bersyukur ikhlas menerima kepada Allah dengan jalan kehidupan yang sudah ditentukan-Nya. Jalan kehidupan yang penuh hikmah dan keadilan.

Kami teringat dengan persalinan pertama yang langsung diganjar vonis sesat Operasi Sesar oleh pengampu kelahiran. Waktu itu diklaim berdasarkan penerawangan mesin USG, bidan mengambil kesimpulan Air Ketuban sudah sedikit, dan Usia kehamilan masuk minggu 40. Kesimpulannya kelahiran kemudian melalui operasi sesar. Alhamdulillah sudah lahir anak pertama.

Sejak itu bidan selalu menyarankan-memaksa untuk melahirkan dengan sesar lagi. Kecuali kelahiran kedua yang melalui bidan Aster yang berusaha membantu kelahiran normal. Namun pada kelahiran selanjutnya senantiasa dengan sesar karena bidan, perawat, dokter takut dengan kemungkinan terburuk.

Kami memahami pertimbangan mereka semua. Namun kami tidak bisa memahami pertimbangan disebarkannya praktek Operasi Sesar ini ke tengah-tengah masyarakat dengan faktor kejelekannya yang sudah jelas yaitu:  MEMBATASI KELAHIRAN ANAK. (Sengaja huruf tebal, besar, garis bawah).

Sepengetahuan saya rekor terbanyak persalinan sesar adalah lima kali. Dan setelahnya harus disteril, atau di IUD, atau kontrasepsi lain. Padahal sang ibu masih subur. Potensi lahirnya pejuang-pejuang Islam masih besar. Namun dipaksa harus diputus karena LAPISAN PERUT dan JALAN KELUAR ANAK sudah dirusak potensinya. Berkali-kali lapisan perut dibelek, sehingga rentan mengalami kebocoran dan terbuka kembali jika hamil.

Konon Operasi Sesar ini digalakkan  dikampanyekan dengan alasan mengurangi resiko kematian Ibu & Bayi pada proses persalinan. Padahal setiap resiko tersebut diberikan ganjaran mati syahid bagi sang ibu, dan syafaat dari setiap anak kepada ibunya pada hari kiamat.

Sedangkan “biaya” yang harus dibayarkan adalah dengan terputusnya potensi melahirkan anak yang banyak. Mahal sekali biayanya. Selain biaya operasi yang sangatlah mahal.

Bagi saya sebagai seorang muslim tidaklah janggal kenapa sangat ditekankan di negara muslim (dugaan pribadi), karena operasi sesar ini berasal dari orang Yahudi yang mana mereka benci dengan agama Islam dan ingin penganut islam tidak banyak.

Berhitung sederhana, jika prosentase kelahiran hanyalah 50% yang berarti tahun ini lahir selamat, tahun depan lahir tidak selamat maka setiap ibu yang menikah di usia 20 dan berakhir produktivitas pada usia 45 tahun berpotensi memiliki 12 orang anak. Sedangkan dengan operasi sesar sejak kelahiran pertama, potensinya langsung dibatasi maksimal 5 orang anak, atau hambatan karena tenaga pembantu kelahiran yang takut membantu kelahiran normal.

Tulisan ini tidak menjelekkan bidan, dokter SpOG, perawat yang sudah diberikan ketentuan dari Depkes untuk “mengurangi resiko kematian”. Saya heran sejak zaman modern, pendidikan semakin berkembang, kok bisa cara mengurangi “resiko kematian bayi lahir” dengan operasi sesar.

Sedemikian banyak sarjana kedokteran, ahli kelahiran, pasti ilmu-ilmu sudah berkembang dan ada perbendaharaan selain operasi sesar ini. Dukun bayi di kampung saya di Depok Jawa Barat sekian puluh tahun membantu kelahiran ibu, hampir semuanya lahir dengan cara normal. Padahal ilmu beliau hanya di ambil secara turun temurun. Namun beliau bisa mengetahui posisi bayi, tanggal kelahiran, cara memutar janin sungsang, mengangkat bayi yang agak turun ke peranakan.

Qodarullah dukun bayi ini semakin langka, berkurang. Mengapakah tidak diperbanyak dukun bayi hebat itu, difasilitasi, diberikan ruang untuk menyebarkan ilmunya? Biidznillah, coba perhatikan sendiri, metode mereka sangat bagus walaupun tidak ada alat USG, suntikan,

Pada akhirnya tulisan ini hanya harapan saya sebagai seorang warga, agar semua stakeholder lebih memperhatikan untuk meminimalkan pelaksanaan operasi sesar, mereformasi kurikulum pengajaran perawat dan bidan, memberikan ruang dan promosi untuk ahli dukun bayi dan tidak berat menekan bidan dengan pencabutan izin praktek karena kelahiran bayi yang tidak berjalan lancar. Karena semua bidan pasti ingin semua ibu lahir dengan normal dan akan berusaha mewujudkan itu, membantu itu. Semoga Allah membanyakkan bidan-bidan, perawat-perawat, dokter-dokter Spog yang berdedikasi membantu persalinan semua ibu hamil, memberikan kemudahan bagi mereka, agar potensi setiap wanita dalam melahirkan dapat berjalan semaksimal mungkin.

Categories: Kehamilan, Keluarga | Tag: | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.