Kumpulan Cerpen Juara Kontes Adu Bakat Menulis

Utami Widowati | CNN Indonesia
Jumat, 20 Mar 2015 19:01 WIB
Untuk pertama kali, kontes adu bakat menulis diadakan. Hasilnya, kumpulan cerpen karya sembilan penulis dalam buku Kata Kota Kita.
Ilustrasi (CNNIndonesia Internet/Pixabay/perronjeremie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bicara soal kontes adu bakat, Indonesia saat ini sudah punya segudang. Seringkali dibungkus sebagai tayangan reality show yang ditayangkan secara berseri oleh stasiun televisi.

Lalu, bagaimana jika konsep yang sama dilakukan di dunia sastra dan penulisan? Hasilnya lumayan menarik. Sembilan orang yang terpilih dalam adu bakat menulis itu baru saja menerbitkan sebuah buku kumpulan cerpen (kumcer) Kata Kota Kita.

Diluncurkan di toko buku Gramedia Pustaka Utama, Central Park lantai 3 Jakarta, Jumat (20/3), Kata Kota Kita adalah produk perdana dari Gramedia Writing Project yang berlangsung sejak tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Idenya memang hendak menjaring bakat menulis yang lalu kami beri kesempatan untuk mendapat bimbingan dari penulis dan editor," kata Hetih Rusli, satu dari empat orang editor yang jadi pembimbing para peserta proyek penulisan.

"Di bidang lain ada kontes bakat, kenapa tidak di dunia penulisan. Akhirnya terpilihlah 20 peserta ini," kata Hetih.

ADVERTISEMENT

Tak disangka awalnya yang mendaftar pada batch pertama ada 1.600 orang. Dari sejumlah itu kemudian para editor memilih 20 orang yang mendapat pelatihan.

Dari 20 orang inilah mereka dibimbing dan dilatih lewat sebuah kamp selama dua hari untuk menulis cerpen yang kemudian diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen.

Benang merah penulisan kumcernya sendiri dibuat konsepnya oleh Clara Ng, penulis sejumlah novel laris. "Di kamp, saya memberikan pendampingan selama satu-dua jam, menyiapkan konsep dan terakhir, dikasih lihat draft-nya. Hasilnya sungguh mengejutkan saya," kata Clara.

Peserta diminta Clara mendiskusikan tiga elemen penting penulisan, yakni karakter, setting dan plot. Lalu, mereka juga berdiskusi menyatukan pandangan tentang apa yang akan mereka tulis, "bahkan sampai hunting foto untuk mencari gambaran yang mendekati apa yang ingin mereka sampaikan," ujar Clara.

Menurut Hetih dalam proses kreatif kumcer ini tak mudah. "Mereka sempat seperti terengah-engah untuk mengatasi pengalaman, pandangan dan cara menulis mereka yang memang berbeda-beda," kata Hetih.

Sejumlah peserta yang memang benar-benar belum pernah menerbitkan buku, meski punya kegemaran menulis, itu terlihat puas dengan hasil kerja mereka.

"Banyak pengalaman selama di kamp ini. Saya jadi tahu 'oh, menulis ternyata ada teori itu begini,'" kata salah satu penulis.

"Selain selama pelatihan memang asyik. Pesan saya sih, buku ini tentang kehidupan perkotaan dan agak dewasa. Gitu saja sih," kata Tsaki Daruchi seorang peserta sembari tertawa.

REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER