Satu

783 12 0
                                    

Aku memandang kalender sambil mengingat sesuatu. Minggu 11 Januari 2015. Ada apa dengan hari itu ya? Aku seperti familiar. Mataku terpejam dengan mengerutkan kening, mencoba mengingat. Sayangnya, ingatan itu tak juga muncul. Ah sudah lupakan. Perasaanku saja.

Segera kukembalikan kalender meja itu pada tempatnya. Masih saja aku bebal dengan mencoba menghubungkan tanggal dengan sesuatu. Nihil.

"Mita!"

Aku menoleh ke belakang, temanku itu memang memiliki suara yang tinggi, cukup membuat setiap orang yang mendengarnya akan menoleh, penasaran siapa pemilik suara itu tentunya.

Langkah Nana mulai mendekat ke arahku. Aku hanya melempar senyum.

"Beberapa hari ini kamu kemana?"

"Tak enak badan, Na."
Nana memicingkan mata. "Kamu baik-baik saja kan?"
Telapak tangannya menempel di keningku. Aku segera menepis tangannya dengan lembut, sambil menganggukkan kepala. "Aku baik-baik saja, hanya perlu istirahat saja. Lembur beberapa hari memang bikin badan langsung drop."

Nana mengangguk pelan.
"Na, kamu ingat tanggal ini?" jariku menunjuk ke tanggal 11 di kalender. Nana mengarahkan pandangan ke angka tersebut, sambil mengingat-ingat sesuatu. Aku menunggu jawabannya.

Nana menggeleng, "Yang jelas bukan tanggal lahirku, Ta."
Mataku berputar, "Yah, kirain tahu."
Nana terkekeh. "Udah ah ayo pulang."
-
Aku masuk ke pekarangan rumah, sudah beberapa bulan tinggal disini. Kontrak sih. Masih kontrak, sambil menabung agar bisa memiliki rumah sendiri. Kecil tak masalah. Aku memang malas untuk indekos, banyak alasannya. Alasan paling utama, aku ingin memiliki waktu sendirian, setelah seharian kerja. Duduk diam, sendiri di kamar, membaca buku, atau nonton drama Korea kegemaranku, itu kegiatan paling nikmat. Sendiri adalah kata yang paling tepat saat ini. Sendiri dalam arti sesungguhnya, paling hanya Nana yang akan datang ke sini.

Ponselku berbunyi nyaring, setelah selesai mengunci pintu dan melepas sepatu. Aku menghempaskan tubuhku di sofa sambil merogoh isi tas, mencari ponsel. Jariku pun mengusap layarnya, setelah berhasil kutemukan. Notifikasi Facebook rupanya. Jariku mengusap ikon messenger, dan ada pesan dari seseorang yang bisa membuatku duduk dengan tegak. Mataku terus memandang layar.

Apa kabar dek? Sehat kan? Masih ingat aku? Aku harap kamu masih ingat aku. Cita-citamu sudah tercapai jadi pebisnis ya.

Kang Mas Yudistira

Aku tertegun, duniaku seakan berhenti berputar. Aku tak mempercayai apa yang kubaca. Yudistira. Mataku mulai berkaca-kaca. Kejadian lima tahun yang lalu memang masih membekas, seolah tak menyisakan apapun....

Dear MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang