Tari Enggang yang merupakan tarian khas dari suku Dayak, Kalimantan Timur ini dimainkan sesuai aslinya, yaitu dengan kostum Dayak dan tanpa alas kaki. Sementara pementasan dilakukan di area terbuka yang beraspal. Suhu pada siang itu mencapai 40-41 derajat Celcius. Dapat dibayangkan betapa panasnya menginjakkan kaki tanpa alas di area itu.
Awalnya tak ada yang aneh dengan penampilan para pramuka yang berasal dari Kutai Timur ini. Kaki mereka berjingkat-jingkat, karena memang gerakan tari Enggang demikian. Namun di tengah-tengah menari, ada salah satu peserta yang tampak meringis seperti menahan sakit. Tetapi ia masih tetap meneruskan gerakan tari itu.
"Panas banget, nggak kuat," kata salah satu penari, Riska (16) di Bumi Perkemahan Kirarahama, Yamaguchi, Jepang, Kamis (30/7/2015).
Kaki Riska tampak memerah kepanasan. Meski demikian, para penari lainnya masih terus berjuang menyelesaikan tarian. Mereka bahkan tetap tersenyum.
"Luar biasa panasnya," kata para penari tersebut usai membawakan tari Enggang.
Tak sia-sia perjuangan para anggota pramuka tersebut, mereka mendapat tepuk tangan yang meriah dan apresiasi dari para pengunjung dari kontingen-kontingen lain.
Indonesian Day digelar selama sekitar 2 jam di Bumi Perkemahan Kirarahama. Tidak semua negara berkesempatan menyelenggarakan acara serupa. Dari 150 negara peserta jambore, hanya 40 negara yang berhak melaksakan, di mana salah satunya Indonesia.
(kff/jor)