Sukses

Tiap 5 Menit, Satu Anak Meninggal karena Kebal Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu tingginya jumlah kematian anak di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bukan saja menimbulkan kekebalan bakteri, tetapi juga mengakibatkan tingginya jumlah kematian anak di Asia Tenggara. 

Menurut Direktur Regional kawasan Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh, diperkirakan setiap 5 menit satu orang anak di Asia Tenggara meninggal akibat resisten bakteri karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

"Antibiotik terkadang tidak diresepkan dengan optimal, baik karena mungkin tidak dibutuhkan maupun karena pemilihan jenis yang tidak tepat atau juga karena dosis yang tidak tepat," katanya pada acara Pekan Peduli Antibiotik.

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Prof Tjandra Aditama, mengatakan mengobati diri sendiri dengan mengkonsumsi antibiotik juga dapat merugikan. Seperti misalnya, masyarakat yang tidak minum tepat waktu atau di sisi lain malah mengkonsumsinya terlalu lama. Selain itu, penggunaan antibiotik tidak tepat pada hewan juga menjadi pemicu terjadinya resistensi pada antibiotik.

Tjandra mengungkapkan negara-negara di dalam kawasan WHO South-East Asia Region (termasuk Indonesia) sudah menandatangani Deklarasi di Jaipur pada 2011, yang akan memprioritaskan upaya untuk penanggulangan resistensi antibiotik.

Setidaknya ada tujuh pemangku kepentingan dalam penanggulangan resistensi antibiotik ini, yaitu:

1) Berbagai instansi di pemerintah, baik kesehatan, pertanian, kesehatan hewan, dan lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah.
2) Organisasi profesi kesehatan dan yang terkait.
3) Fasilitas pelayanan kesehatan, yang meliputi 3 pihak:
 a. petugas kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien
 b. berbagai komite /panitia di rumah sakit dll yang bergerak dalam pengendalian infeksi
 c. pimpinan rumah sakit / klinik
4) Kalangan perguruan tinggi, antara lain dalam bentuk:
 a. memasukkan pengendalian resistensi antibiotik dalam kurikulum pendidikan petugas kesehatan
 b. riset
5) Lembaga Swadaya Masyakat (LSM) / Non-Governmental Organization (NGO) yang bergerak di bidang kesehatan.
6) Masyarakat itu sendiri sebagai konsumen kesehatan yang cerdas.
7) Media massa, yang dapat memberi pencerahan penyuluhan kesehatan pada masyarakat dan memberikan opini publik yang baik.

"Antibiotik adalah sumber daya kesehatan yang berharga karena sudah menyelamatkan jutaan manusia dengan terobatinya infeksi mereka. Mari kita berupaya bersama untuk menghentikan resistensi antibiotika ini," pungkasnya.**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.