Padahal, sektor ritel erat kaitannya dengan masyarakat kelas menengah-bawah yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia.
"Saya memang mendengar di beberapa ritel mengatakan penjualan turun, bisa mencapai 20%. Kalau ritel, itu kan mencerminkan kalangan menengah ke bawah," ujar Iwantono saat ditemui di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Jumat (28/7/2017).
Baca juga: Penurunan Daya Beli dan PHK Massal |
"Jadi ini ada gap antara indikator-indikator makro dengan realitas sektor riil. Indikator makro bagus 5% pertumbuhan dan sebagainya. Tetapi kan tidak dengan sendirinya itu bisa dirembeskan ke bawah," lanjut mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu.
Oleh sebab itu, Iwantono meminta pemerintah lebih fokus terhadap masalah daya beli dulu, sebelum masuk ke isu-isu yang sedang santer sekarang seperti pemindahan ibu kota ke luar Jawa atau redenominasi.
"Jadi wacana-wacana begini, sebelum itu riil, enggak usahlah kita kembangkan. Fokusnya menurut saya sekarang meningkatkan daya beli saja," jelas Iwantono.
Makanya, kata Iwantono, belanja pemerintah harus diarahkan kepada sektor-sektor yang langsung menjadi income di masyarakat. Misalnya pembangunan infrastruktur yang dekat di masyarakat banyak, sehingga uang yang dikeluarkan berputar juga di masyarakat.
"Jangan bangun infrastruktur, tapi komponennya sebagian besar diimpor. Sehingga uang itu tidak akan beredar di sini," pungkas Sutrisno Iwantono. (hns/hns)