Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengintip Kreatifitas Anak Muda NU di Muktamar Jombang 33

3 Agustus 2015   21:25 Diperbarui: 3 Agustus 2015   21:25 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagiku, Muktamar NU kali ini sangat menarik, unik, bukan hanya menarik bagi warga Idonesia saja, tetapi ulama-ulama Mesir, Palestina, Libanon, Arab Saudi, dan Negara sahabat lainnya ikut datang dan hadir dalam pembukaan Muktamar. Atase agama Arab Saudi Dr. Syekh Ibrahim juga ikut hadis dalam pembukaan Muktamar, juga perwakilan dari Libanon. 

Ini menjadi sebuah bukti nyata, bahwa Islam Nusantara yang digagas Nahdhatul Ulama’ itu sangat menarik bagi bangsa Arab, sekaligus jawaban bahwasanya Islam NU-Santara itu cinta Arab dan Islamnya Aswaja (Ahlussunah Waljamaah) menganut Rosulullah SAW, sahabat dan para ulama. Utusan Arab yang datang juga diberikan forum terendiri dengan audienya para santri dan mahasiswa serta utusan PCINU Arab Saud, Korea, Jepang, Pakistan, Yaman, Asutralia, Amerika, Libanon, Belanda dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Jika diperhatikan dengan seksama, ceramah pembukaan yang ditulis dan disampaikan oleh Gus Mus, dan Kyai Said Aqil juga banyak menggunakan bahasa Arab. Gus Mus dan Kyai Said Aqil Sirajd seolah-olah ingin menunjukkan bahswa Islam NU-Santara itu tidak anti Arab, melainkan bagian dari Arab, karena Rosulullah SAW itu dari Arab, Al-Quran juga bahasa Arab, dan bahasa Surga itu memakai bahasa Arab. Dengan menggunakan bahasa Arab, termasuk bentuk cinta Rosulullah SAW.

Mukmatar kali ini, juga tidak semulus Muktamar tahun lalu.Banyak yang menulis dan membincangkan dengan nada negative dan benci terhadap NU. Apalagi, dengan adanya Pentas Seni, ternyata ada juga yang iri dan hasud. Secara sengaja, orang yang iri dan hasud itu meng-share jogetnya Banser di medos dengan berkata “ Inilah Islam Nusantara” tanpa tabayyun (klarifikasi) terlebih dahulu.

Padahal, para muktamirin yang datang dari penjuru Nusanatara dan dunia, tidak melihat joget itu. Muktamirin itu lebih sibuk dengan sidang, mengikuti kajian, ikut bedah buku di pondok pesantren Tebu Ireng, Tambak Beras, juga pondok pesantren lainya. Seolah-olah, orang yang Nge-Share berita itu, lebih mengerti dari pada muktamirin dan ulama NU.

Tidak menafikan, memang ada konser seni. Tetapi, jika ada yang kurang berkena, bukan membuat fitnah, tetapi mengingatkan karena itu jauh lebih terhormat dari pada membuat fitnah. Acara pentas seni itu digelar oleh PKB yang letaknya jauh dari arena Muktamar. Walaupun melihat atau mendengar seputar Banser joget, itu bukan berarti NU melegalkannya.

 Yang sangat menarik lagi dalam muktamar kali ini, sebagian besar muktamirin dari Nusantara dan Dunia, banyak yang memakai busana batik NU, atau baju yang ada logonya NU, dengan memakai pakain khas Nusantara yaitu “Sarung dan Batik”. Bahkan, utusan luar negeri ada yang memakai sarung dan kopyah hitam khas Nusantara.  Sarung dan Batik itu busana Nusantara, tidak bertentengan dengan ajaran Islam.

 

Perlu di perhatikan juga, setiap hari selalu ada kegiatan dan kajian silmiyah, baik di pesantren Tambak Beras, atau Tebu Ireng, Darul Ulum, Bahrul Ulum (Denayar). Di setiap titik, selalu ada kajian ilmiyah. Bahkan, ulama-ulama Timur Tenggah, seperti; Mesir, Libanon, Autralia, secara khusus mengadakan pertemuan dengan utusan PCINU dari seluruh belahan dunia. Ini sangat menaik bukan?

Bedah buku hampir setiap waktu, begitu juga dengan bahsul masail, menjadikan menu khusus bagi muktamirin. Muktamar semakin menarik dan berbobot, jika banyak kajian ilmiyah dan bahasan yang sangat menarik, sepertik hukum BPJS. Tetapi, bagi orang yang membenci NU, justru mereka memperlihatkan pentas seninya, padahal itu tidak diminati oleh santri dan muktamirin dan muktamirat.

Pada muktamar kali ini, kaum muda NU menunjukan kreatifitasnya dengan menulis banyak buku dengan tema Ke-Nusantaraan. Baik yang santri maupun mahasiswa, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri, berlomba-lomba menulis bahasan seputar Isu Islam Nusantara. Cukup banyak buku-buku baru terkait dengan Islam Nusantara, sebut saja buku “Islam Nusantara” yang di tulis oleh Ahmad Baso, begitu juga dengan buku yang tulisan Faris Khoirul Anam yang berjudul “Mabadi Asroh Islam Nusantara”. Ada juga buku yang di tulis Abdul Adzim Irsad yang berjudul “ULAMA NU-SANTARA;Kiprah Ulama Nusantara di Tanah Suci Makkah”. Masih banyak lagi tema-tema menarik, bedah buku seputar Islam Nusantara. Tidak satupun buku yang terbit, kecuali menampilan Islam Indonesia yang santun dan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun