Kamis, 20 Agustus 2015

I'm Sorry but yes I do I love you too.. :)

Dadang adalah seorang pria lajang yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan multinasional. Saat ini Dadang sedang melanjutkan pendidikannya di jenjang S1 di sebuah perguruan tinggi ternama di kota Bandung.


Keseharian Dadang diisi dengan kegiatan rutin setiap harinya, kecuali hari sabtu dan minggu. Dari senin sampai jumat dari jam 6 pagi Dadang berangkat kerja sampai jam 4 sore, setelah itu dilanjutkan dengan kuliah dari jam 5 sore sampai jam 10 malam. Begitu keseharian Dadang diisi dengan kegiatan rutin yang membosankan hingga pada suatu hari kebosanan Dadang berubah menjadi semangat yang luar biasa setelah Dadang berkenalan dengan salah satu mahasiswi di kampusnya. Dia bernama Dewi, gadis cantik tinggi semampai junior Dadang di fakultasnya.

Dari pertamakali berjumpa dengan Dewi, Dadang sudah jatuh hati. Seiring dengan berjalannya waktu kedekatan mereka semakin erat. Mereka sering jalan berdua, makan malam, nonton film di bioskop, rekreasi, sampai belajar bersama. Dadang semakin yakin jika Dewi adalah jodoh yang diberikan Tuhan untuknya, maka Dadang bertekad untuk menyatakan isi hatinya bahwa ia mencintai Dewi dan ingin menjadi kekasihnya.

Suasana tenang tanpa hingar bingar kehidupan kota Bandung yang berisik dan mood yang baik menjadi kunci dalam menyatakan cinta Dadang kepada Dewi. Suasana tersebut dipastikan adalah suasana pada saat mereka belajar bersama dan Dadang bermaksud menyatakan cintanya kepada Dewi pada saat mereka belajar bersama.

Waktu mengalir cepat hingga sampai pada saat dimana mereka berdua belajar bersama disini Dadang pun menyatakan cintanya kepada Dewi.

“Dewi, aku rasa kita sudah jalan bersama untuk waktu yang cukup lama.. aku ingin sekali untuk meningkatkan hubungan ini ke jenjang lebih tinggi, Dewi.. aku akan menjadi orang yang paling beruntung di muka bumi ini jika kau mau menjadi kekasihku, maukah kau menjadi kekasihku?”
Pernyataan luar biasa dari Dadang yang memerlukan keberanian luar biasa untuk menyatakannya.
Mendengar hal itu Dewi tersenyum lebar dan berkata “Dadang.. kamu pasti lagi bercanda kan?” mendengar itu Dadang pun ikut tersenyum “aku serius Dewi, aku mencintaimu dan aku sangat berharap kita dapat menjadi kekasih

Mendengar kalimat terakhir dari Dadang, raut wajah Dewi sedikit berubah menjadi lebih serius. Selanjutnya adalah suasana hening yang mencekam untuk beberapa saat dan Dadang menyiapkan diri untuk sebuah penolakan, ya resiko dari pernyataan ini adalah penolakan.

Setelah beberapa lama Dewi menjawab “Dadang, aku juga suka sama kamu, tapi saat ini aku belum siap, aku memang merasa belum siap, maaf ya” kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyuman dari Dewi.

Sebuah kalimat halus yang dapat diartikan sebagai sebuah penolakan oleh Dadang

Sejak hari peryataan itu, Dadang dan Dewi masih tetap sering bertemu, hingga enam bulan pun berlalu. Saat ini Dadang telah memiliki kekasih bernama Annisa teman kerja satu kantor dengannya dan mereka berencana untuk menikah dua bulan lagi.

Mengetahui hal tersebut Dewi merasa dibohongi oleh Dadang, Dewi pun menanyakan hal ini kepada Dadang pada saat mereka bertemu “Dadang, benarkah kau akan menikah dua bulan dari sekarang?” tanya Dewi dengan perasaan kalut. “ya, rencananya memang begitu” jawab Dadang dengan senyum bahagia terpancar dari bibirnya, bibir yang selama ini dan sampai beberapa hari yang lalu masih selalu berkata baik dan tersenyum kepada Dewi.

Raut wajah Dewi berubah sendu “tapi bukankah kau masih mencintaiku? Atau enam bulan yang lalu kau hanya main-main dengan kata-kata cintamu?” tanya Dewi dengan air mata yang hampir mengalir.

mmm… maaf ya, aku memang cinta padamu, tapi aku sudah tidak mencintaimu seperti dulu. Harapanku adalah menjadi kekasihmu tapi, hingga lima bulan aku menunggu kesiapan darimu, ternyata kau tidak pernah siap..” Dadang menjelaskan.

dan saat ini telah ada seseorang yang mau mencintaiku dan menerimaku apa adanya.. ” kata Dadang, kalimat itu menjadi kalimat terakhir dari Dadang yang didengar oleh Dewi. “Baiklah.. selamat tinggal Dadang, aku rasa sebaiknya kita jangan bertemu lagi..” Dewi melangkah pergi dengan cepat meninggalkan Dadang dan sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu kembali…

Moral : kesempatan terbaik tidak akan pernah kembali, bagi para wanita berikanlah kepastian kepada pria ketika pria tersebut telah siap untuk berkomitmen, pria yang siap berkomitmen adalah mahluk langka yang mungkin hanya akan pernah kalian temui sekali atau dua kali dalam hidup kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar