Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

UKM Perlu Standardisasi Agar Mampu Naik Kelas

  • Rabu, 04 Desember 2013
  • 1999 kali

"UKM bukan lagi singkatan dari Usaha Kecil Menengah, saatnya berubah menjadi Usaha Kelas Milyaran" demikian kata Cahyadi Joko Sukmono, pendiri Republik Entrepreneur Syndicate, konsultan bisnis senior dari Forbiz Indonesia yang juga anggota komunitas Tangan Di Atas (TDA) di acara Pesta Wirausaha 2013 yang diselenggarakan oleh TDA Tangerang. Disanalah standardisasi berperan agar UKM naik kelas menjadi omzet milyaran, lanjut Cahyadi.

Ada lima fase entrepreneurial yang harus dilalui UKM agar naik kelas, yaitu Motivating, Starting, Stabilizing, Spreading, dan Freedom. Standardisasi diperlukan dalam tiap tahapan dengan intensitas yang berbeda. Fase motivating diawali menemukan alasan kuat mengapa harus berbisnis, berpikir besar jangan yang ecek-ecek. Tuliskan alasan dan impian secara detail dan emosionil, tuliskan jika Anda tidak mencapai dan melakukan impian itu apa akibat buruknya, tuliskan juga jika Anda melakukan dan mencapai impian itu kebahagian apa yang dirasakan. Ini fitrah manusia, ingin nikmat dan takut sengsara.

Jika sudah tuangkan dalam satu saja rencana bisnis yang dituliskan cukup di satu lembar kertas. Fokus ke satu rencana bisnis tadi, istilahnya istiqomah lanjut Cahyadi. Sama seperti yang disampaikan Dahlan Iskan, berbisnis sama halnya dengan bertauhid, yaitu tidak boleh musyrik atau menyekutukan. Anda harus istiqomah dengan satu bisnis dulu. Jika sudah berhasil meraih freedom boleh lakukan bisnis yang lain lanjut Cahyadi.

Fase selanjutnya, Starting. Mulailah, sekecil apapun langkah pertama Anda. Sebagus apapun rencana Anda percuma jika tidak aksi dan mimpi Anda seindah apapun itu tidak akan terwujud. Seperti kata Tung Desem Waringin (pelatih sukses no.1 Indonesia versi majalah Swa) No Action nothing happen, take action miracle happen.

 

Dalam fase ini, satu rencana bisnis yang sudah dituliskan dikembangkan lagi dengan dengan menjawab pertanyaan tentang tentang empat hal (pasar/pelanggan, produk, uang dan orang) Siapa market atau target pasar Anda? Apa kebutuhan mereka?, Produk seperti apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan target pasar Anda? Berapa modal yang dibutuhkan? Berapa peluang omzetnya? Butuh berapa orang?. Tuliskan jawaban dari masing-masing pertanyaan tadi lanjut Cahyadi. Setelah itu lakukan konsolidasi dari keempat unsur tadi, dan jika sudah Anda siap lakukan  penjualan. Dalam tahap ini tegas Cahyadi cashflow is the king, yang penting perputaran uang dulu yang berasal dari transaksi tunai. Jangan terlalu berorientasi untung. Ini yang sering jadi penyakit saat kita memulai bisnis kita ingin cepat untung di awal berbisnis kata Cahyadi.

Jika cashflow sudah lancar dan stabil, bisnis mulai tumbuh serta keuntungan pun mengalir biar pun kecil, mulailah bangun sistemnya. Bagaimana caranya? lanjut Cahyadi, jawabannya adalah lakukan standardisasi mulai dari bahan bakunya, spesifikasi produknya, cara kerjanya dan prosesnya. Tuliskan semua itu, kata Cahyadi buat dokumentasinya agar bisnis Anda bisa diduplikasi, di-leverage, dan digandakan keuntungannya dengan efisien dan efektif. Bisnis Anda bisa digandakan atau di-leverage secara akselerasi jika sistem bisnis sudah terstandardisasi kata Cahyadi. Anda bisa membuka cabang, kerjasama, atau waralaba. Jika sudah sukses maka massive passive income pun mengalir, inilah saat dimana Uang bekerja untuk Anda bukan Anda bekerja untuk uang, kata Cahyadi.

Fase terakhir adalah Freedom, di fase ini Anda akan mencapai kebebasan financial dalam fase ini Anda bebas mengelola keuangan dan hidup Anda, mau digunakan untuk sosial, ibadah, membeli properti, konsumsi, traveling atau apapun. Dengan kata lain Anda bisa jalan-jalan kemanapun Anda mau dengan tenang dan bisnis Anda pun tetap berjalan dan berkembang. Di fase ini, banyak juga pengusaha yang melakukan aksi kepedulian sosial karena prinsip hidup itu bukan sekadar mencari materi tapi juga kebermanfaatan bagi orang lain. Manusia yang terbaik itu, bukan manusia yang paling kaya, manusia yang paling pintar, manusia yang paling berkuasa, tapi manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang kata Cahyadi.

Perjuangan bangsa ini belum selesai kata Cahyadi. Dengan menjadi entrepeneur, tegasnya, berarti Anda ikut memperjuangkan kemerdekaan sejati negeri ini, yaitu merdeka dari kemiskinan, kebodohan dan penjajahan ekonomi. Karena UKM-lah tulang punggung ekonomi Indonesia yang mampu menyerap lebih dari 90% tenaga kerja. Di negara maju sekalipun, seperti Uni Eropa, Jepang, AS dan Singapura, UKM sangat berperan dalam memajukan perekonomian.

Dalam Acara Pesta Wirausaha TDA Tangerang yang merupakan kali pertama diselenggarakan setelah 3 tahun berdirinya TDA tangerang dan 7 tahun berdirinya TDA ini, BSN berpartisipasi dengan menghadirkan klinik SNI dan Role Model UKM penerap SNI, yaitu Harmanto, CEO PT Mahkota Dewa Indonesia, yang telah dua kali meraih SNI Award dan produknya sudah menembus pasar dunia. Di Klinik SNI yang diawaki oleh Andung dan Hary ini disediakan secara cuma-cuma layanan konsultasi penerapan SNI, Unduh dokumen SNI (2 tahun terakhir), publikasi standardisasi dan SNI, serta penawaran program bimbingan penerapan SNI ISO 9001 - Sistem Manajemen Mutu.  

Acara pesata wirausaha yang dihadiri oleh 150 peserta ini dilangsungkan dua hari ini (30/11-1/12), bertempat di Resto Sari Wangi, Jalan Rawa Buntu, Taman Tekno, BSD. Acara terdiri dari seminar dan workshop, hijabati fashion festival, lomba fashion show busana muslim, bazar produk UKM, donor darah, dan fun kids.  

Selain Coach Cahyadi dan Harmanto , hadir juga Prijono Nugroho (Best Global Coach), Azis Bachtiar (pengrajin dana eksportir craft dari Solo), Nico Budianto juragan peyek merk "Yumila" dari BSD, yang kini omsetnya mencapat 60 juta perbulan, Dr. Andhika P. Sedyawan (Motivator), Johny Rusly (CEO kotakpensil.com), dan Rhein Mahatma (startupbisnis.com yang mengelola investor dengan budget diatas 1 Milyar rupiah) serta dari BNI. Para pembicara banyak membagi ilmunya dari mulai membuat perencanaan bisnis, membuat tujuan bisnis dan membahasakannya dalam keuangan dengan Break-event poin calculator, memulai bisnis dengan modal ide, cara sukses bisnis kuliner, fashion dan kerajinan, bagaimana mengikuti pameran di luar negeri secara gratis, mendapatkan fasilitas pembiayaan/modal dari bank dan investor.



Tangan Di Atas (www.tangandiatas.com) adalah sebuah komunitas bisnis, pengusaha dan UKM yang berorientasi pada pengembangan karakter dan spiritualitas bisnis serta berjiwa action oriented. Dengan semangat berbagi yang tinggi, TDA mengajarkan pada anggotanya untuk menjadi wirausahawan tangguh yang mencerahkan dan memiliki kontribusi positif bagi peradaban. Satu hal yang ciri khas pengusaha TDA adalah mereka terlihat sederhana, tidak banyak bicara, tetapi bisnis dan kontribusinya di mana-mana. 6 tahun berdiri, saat ini TDA memiliki lebih dari 20.000 simpatisan di lebih dari 20 wilayah di Indonesia. Misinya adalah membentuk 10.000 pengusaha miliader yang tangguh dan sukses sampai tahun 2018, menumbuhkan jiwa sosial & berbagi di antara anggota, menciptakan pusat sumber daya bisnis berbasis teknologi. (Har/adg)




­