Belajar Motor Mending Pakai Motor Gigi daripada Matik, Kenapa?

Belajar Motor Mending Pakai Motor Gigi daripada Matik, Kenapa?

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kamis, 15 Feb 2018 17:06 WIB
Foto: PT Astra Honda Motor
Jakarta - Saat ini tipe sepeda motor yang ditawarkan pabrikan otomotif roda dua semakin beragam. Yang paling diminati saat ini adalah motor tipe skuter matik (skutik) karena kemudahan pemakaiannya tanpa perlu mengoper gigi.

Tapi, untuk belajar naik motor, sebaiknya gunakan motor manual, baik motor bebek atau motor yang pakai tuas kopling di tangan kiri. Kenapa? Instruktur Safety Riding Astra Honda Motor (AHM) Hendrik Ferianto mengatakan ketika orang sudah bisa naik motor manual, otomatis dia bisa menggunakan motor matik. Tapi, orang yang baru bisa naik motor matik belum tentu bisa bawa motor manual.

"Matik itu gampang tapi bahaya. Kenapa kalau belajar sepeda motor itu harus manual? Karena kalau belajar dari manual, yang pertama dilakukan adalah menguasai gas dan kopling. Kalau matik kan gas, rem, gas, rem aja. Kalau matik tidak belajar bagaimana mengkoordinasi antara kopling dan gas. Sehingga feeling kontrol gas dan persneling nggak akan sebagus yang belajar langsung motor manual," kata Hendrik kepada detikOto belum lama ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keuntungan belajar pakai motor manual adalah koordinasi antara gas dan kopling benar-benar terkontrol. Begitu ada gap antara gas dan kopling, mesin bisa mati tiba-tiba.

"Kalau motor matik kan nggak, tinggal gas-gas doang nggak khawatir mati. Sehingga secara kemampuannya rendah. Mereka cuma tahunya ngegas," ucap Hendrik.

Selain itu, ketika menggunakan motor manual, pengendara dituntut untuk membuka dan menutup gas ketika ganti gigi. Secara refleks, kata Hendrik, hal itu bisa membuat pemotor terbiasa untuk menutup gas saat pengereman.

"Itu ada efeknya. Secara tidak sadar, kita belajar kontrol buka-tutup gas. Buka gas, ganti gigi, tutup gas dulu. Sehingga ketika naik motor matik, sudah tahu kontrol gasnya seberapa. Mau 40 km/jam, cukup buka gas segini. Sehingga feeling-nya terkontrol. Sehingga dalam kondisi panik, kita udah belajar nutup gas, kita kurangi gigi, untuk membantu menurunkan kecepatan. Kalau matik kan nggak. Kadang-kadang ngerem, tapi gasnya tetap kebuka. Itu bahaya," jelas Hendrik.

"Karena saat orang panik, tubuh bergerak tidak berdasarkan logika. Tubuh bergerak berdasarkan refleks. Refleks muncul karena kebiasaan," sambungnya.

Maka dari itu, biasakan untuk tutup gas saat pengereman. Jangan malah mengerem, tapi motor tetap digas. Yang ada malah motor bisa terjatuh. Misalnya rem depan ditarik, sementara gas tetap dibuka, maka ban belakang berpotensi spin dan motor bisa terjatuh. (rgr/ddn)